"Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes, dan ia telah memberi kesaksian tentang kebenaran."
Dalam Injil Yohanes pasal 5 ayat 33, Yesus Kristus merujuk kepada kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai kebenaran. Ayat ini bukan sekadar pengakuan sejarah, melainkan sebuah fondasi penting dalam pemahaman akan misi dan jati diri Yesus. Yohanes Pembaptis, seorang nabi yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias, memainkan peran krusial dalam memperkenalkan Yesus kepada umat manusia. Kesaksiannya adalah bukti yang tak terbantahkan, sebuah suara dari padang gurun yang bergema dengan otoritas ilahi.
Kesaksian Yohanes bukanlah opini pribadi semata. Ia melihat Roh Kudus turun atas Yesus seperti burung merpati dan mendengar suara Bapa yang menyatakan, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaku berkenanlah Ia" (Yohanes 1:32-34). Pengalaman langsung dan pengutusan ilahi ini memberikan Bobot yang luar biasa pada perkataannya. Ketika Yesus menyebut kesaksian Yohanes, Ia sedang menegaskan validitas misi-Nya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus tidak mengklaim hal-hal tentang diri-Nya tanpa dasar, melainkan didukung oleh saksi-saksi yang otoritatif.
Yohanes 5:33 mengingatkan kita akan pentingnya kebenaran dan otentisitas. Di dunia yang penuh dengan informasi yang beragam dan seringkali menyesatkan, kita dipanggil untuk mencari dan menerima kebenaran. Kesaksian Yohanes tentang Yesus adalah mercusuar kebenaran ilahi yang menuntun kita pada pemahaman yang benar tentang Tuhan dan keselamatan.
Ayat ini juga mengajarkan kita tentang bagaimana kita seharusnya menjadi saksi. Sama seperti Yohanes, kita dipanggil untuk berbicara tentang apa yang kita ketahui dan percayai, terutama mengenai kebenaran Injil. Kesaksian kita, meskipun mungkin tidak seajaib kesaksian Yohanes, tetap memiliki nilai ketika disampaikan dengan tulus dan didasarkan pada iman yang kokoh. Yesus sendiri menekankan bahwa saksi yang lebih besar daripada Yohanes adalah pekerjaan-pekerjaan yang telah Bapa berikan kepada-Nya (Yohanes 5:36). Ini berarti kesaksian kita juga dapat diperkuat melalui tindakan-tindakan kasih, pelayanan, dan gaya hidup yang mencerminkan Kristus.
Untuk meneladani Yohanes, kita perlu memiliki keberanian untuk bersuara demi kebenaran, meskipun itu tidak populer atau sulit. Kita juga perlu kepekaan rohani untuk mengenali dan mengarahkan orang lain kepada sumber kebenaran sejati, yaitu Yesus Kristus. Perkataan Yesus kepada orang-orang Yahudi dalam konteks Yohanes 5 sangatlah jelas: "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa di dalamnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu" (Yohanes 5:39-40).
Kesimpulannya, Yohanes 5:33 bukan hanya sebuah ayat yang menghubungkan Yesus dengan Yohanes Pembaptis. Ia adalah panggilan untuk menghargai kesaksian, memelihara kebenaran, dan menjadi agen kebenaran di dunia. Dengan merenungkan ayat ini, kita diingatkan bahwa ada bukti yang otentik mengenai Yesus, dan kita diundang untuk menerima kesaksian itu dan hidup dalam terang-Nya. Biarlah kesaksian Yohanes menjadi inspirasi bagi kita untuk terus mencari, memahami, dan membagikan kebenaran yang kekal.