Yohanes 7:19

"Apakah kamu tidak memberi hukum Taurat kepada Musa? Tetapi tidak ada seorang pun di antaramu yang menuruti hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?"
Kebenaran dan Keadilan Firman

Ayat Yohanes 7:19 ini merupakan bagian dari percakapan Yesus dengan orang-orang di Yerusalem saat Hari Raya Pondok Daun. Konteksnya adalah ketegangan yang meningkat antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi yang berusaha menangkap-Nya. Yesus menyoroti ironi yang mendalam dalam tindakan mereka: mereka menuduh-Nya melanggar hukum Taurat, padahal mereka sendiri tidak sepenuhnya taat pada hukum yang sama.

Inti dari ucapan Yesus di sini adalah mengenai standar ganda dan kemunafikan. Para pemuka agama pada masa itu sering kali sangat ketat dalam menafsirkan dan menegakkan hukum Taurat dalam hal-hal tertentu, terutama ketika hal itu menyangkut orang lain yang mereka pandang berbeda atau sebagai ancaman. Namun, ketika menyangkut diri mereka sendiri atau ketika itu berbenturan dengan kepentingan mereka, penafsiran dan penegakan hukum tersebut menjadi longgar. Yesus mengingatkan mereka bahwa Musa sendiri, yang memberi mereka hukum Taurat, tidak pernah memerintahkan agar orang dibunuh hanya karena pengajaran yang berbeda atau karena perbuatan yang dianggap menyimpang.

Lebih jauh lagi, Yesus secara implisit menunjukkan bahwa motif di balik keinginan mereka untuk membunuh-Nya bukanlah demi menegakkan keadilan atau menaati hukum Taurat secara murni, melainkan didorong oleh iri hati, ketakutan, dan penolakan terhadap otoritas-Nya. Mereka tidak mau menerima kebenaran yang dibawa-Nya, yang sering kali mengungkap dosa dan kemunafikan mereka. Ajaran Yesus selalu menekankan keadilan, belas kasihan, dan hikmat sejati, yang merupakan esensi dari hukum Taurat itu sendiri.

Khotbah Yesus ini mengajarkan kita pentingnya integritas dan konsistensi dalam berpegang pada prinsip-prinsip moral dan spiritual. Sangat mudah untuk menghakimi orang lain dan menuntut mereka untuk mematuhi standar tertentu, sementara kita sendiri gagal memenuhi standar tersebut. Yohanes 7:19 menjadi pengingat yang kuat bahwa ketaatan sejati tidak hanya terlihat dari kepatuhan lahiriah, tetapi juga dari ketulusan hati dan keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Keadilan yang sejati tidak boleh menjadi alat untuk menindas, melainkan harus berakar pada kebenaran yang universal dan berlaku bagi semua, termasuk diri sendiri.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga menyoroti bahwa apa yang sering disalahartikan sebagai "melindungi hukum" oleh sebagian orang bisa jadi sebenarnya adalah upaya mempertahankan kekuasaan atau keyakinan yang sempit. Yesus mengajarkan bahwa tujuan utama hukum adalah kebaikan manusia dan pengenalan akan Allah, bukan justru menjadi alasan untuk kebencian dan kekerasan. Ajaran-Nya selalu mengarah pada pemulihan dan keselamatan, bukan kehancuran.