Yohanes 8:49 - Kebenaran yang Membebaskan

"Jawab Yesus: 'Aku tidak memuliakan diri-Ku sendiri, tetapi ada Dia yang memuliakan Aku, yaitu Dia yang Kamu sebut Allah kami."

Kebenaran
Simbol Kebenaran dan Keutuhan

Firman Tuhan dalam Yohanes 8:49 mengungkapkan sebuah dialog mendalam antara Yesus Kristus dengan para pendengar-Nya. Dalam percakapan ini, Yesus menegaskan tentang sumber kemuliaan-Nya yang sejati. Kata-kata "Aku tidak memuliakan diri-Ku sendiri, tetapi ada Dia yang memuliakan Aku, yaitu Dia yang Kamu sebut Allah kami" merupakan sebuah pernyataan fundamental tentang identitas dan misi ilahi-Nya.

Di tengah tuduhan dan keraguan yang dilontarkan oleh para lawan-Nya, Yesus dengan tenang mengarahkan fokus mereka pada Bapa di surga. Ini bukan sekadar pembelaan diri, melainkan sebuah pengajaran tentang kedaulatan dan kehendak Allah yang bekerja melalui Anak-Nya. Yesus tidak mencari pengakuan atau kehormatan dari manusia. Sebaliknya, Dia hidup dan bertindak untuk memuliakan Bapa. Kemuliaan-Nya bukanlah sesuatu yang diciptakan-Nya sendiri, melainkan anugerah dari Sang Sumber Kehidupan.

Penting untuk memahami konteks dari ayat ini. Pada masa itu, para pemimpin agama Yahudi seringkali merasa berhak atas segala kemuliaan dan otoritas. Namun, Yesus justru mengajarkan sebuah paradigma yang berbeda: kemuliaan sejati berasal dari ketaatan mutlak kepada Allah dan dari pengakuan bahwa segala sesuatu ada dalam kuasa-Nya. Pernyataan ini juga menunjukkan keilahian Yesus, karena hanya Allah yang memiliki otoritas untuk memuliakan Diri-Nya sendiri atau yang dipermuliakan oleh Allah Bapa.

Bagi kita yang hidup di masa kini, Yohanes 8:49 memberikan pelajaran berharga. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali godaan untuk mencari pujian dan pengakuan dari orang lain sangatlah besar. Kita mungkin terdorong untuk menonjolkan diri sendiri, mencari popularitas, atau mengumpulkan harta benda demi status. Namun, ayat ini mengingatkan kita untuk mengalihkan fokus. Kemuliaan yang sejati bukanlah berasal dari diri sendiri atau dari penilaian manusia, melainkan dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Ketika kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya, melakukan pekerjaan-Nya dengan rendah hati, dan memuliakan nama-Nya dalam segala hal, barulah kita menemukan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi.

Yesus adalah teladan sempurna dalam hal ini. Dia menghabiskan seluruh hidup-Nya untuk melayani, mengajarkan kebenaran, dan pada akhirnya memberikan diri-Nya sebagai korban penebusan. Segala yang Dia lakukan adalah untuk memuliakan Bapa. Oleh karena itu, mari kita renungkan ayat ini dan aplikasikan dalam kehidupan kita. Janganlah mencari kemuliaan diri sendiri, melainkan biarlah hidup kita menjadi sarana untuk memuliakan Allah. Dengan demikian, kita akan mengalami kebenaran yang membebaskan dan membawa berkat yang tak terhingga, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.