"Jikalau Ia bukan daripada Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
Ayat Yohanes 9:33 merupakan sebuah pengakuan yang mendalam dari seorang pria yang sebelumnya buta sejak lahir, namun kini telah dianugerahi penglihatan oleh Yesus Kristus. Pernyataannya, "Jikalau Ia bukan daripada Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa," bukan sekadar pengamatan sederhana, melainkan sebuah kesimpulan logis yang lahir dari pengalaman pribadi yang transformatif. Ia telah menyaksikan kuasa yang melampaui kemampuan manusia biasa, sebuah kuasa yang hanya dapat berasal dari Sumber segala kuasa.
Kisah ini terjadi ketika Yesus menyembuhkan seorang pria yang buta sejak lahir. Para Farisi, yang skeptis terhadap kebenaran Yesus, terus-menerus menginterogasinya, mencoba mencari alasan untuk mendiskreditkan Yesus. Mereka bertanya bagaimana orang berdosa bisa melakukan tanda-tanda seperti itu. Pria yang disembuhkan itu, yang kini memiliki penglihatan, dengan tegas menjawab mereka, menyoroti ketidakmampuannya untuk memahami pandangan sempit para pemimpin agama tersebut.
Pernyataan pria itu secara implisit menyoroti konsep "kebutaan rohani". Para Farisi, meskipun memiliki pemahaman mendalam tentang hukum Taurat dan tradisi, secara rohani mereka buta. Mereka tidak mengenali Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, bahkan menolak tanda-tanda yang jelas dari kuasa ilahi yang bekerja melalui-Nya. Kebutaan mereka bukan karena kekurangan fisik, melainkan karena penolakan hati terhadap kebenaran dan penolakan untuk menerima Yesus sebagai utusan Allah.
Sebaliknya, pria yang tadinya buta ini, setelah mengalami interaksi langsung dengan Yesus, mendapatkan "penglihatan" yang jauh lebih berharga daripada sekadar penglihatan fisik. Ia melihat kebenaran tentang siapa Yesus itu. Pengalamannya mengajarkannya bahwa kuasa penyembuhan luar biasa yang ia terima adalah bukti tak terbantahkan akan keilahian Yesus. Oleh karena itu, ia berani menyatakan bahwa hanya seseorang yang memiliki hubungan langsung dengan Allah yang bisa melakukan perbuatan sedemikian luar biasa.
Pesan Yohanes 9:33 sangat relevan bagi kita hingga hari ini. Di tengah berbagai klaim dan ajaran, kita diingatkan untuk menguji segala sesuatu berdasarkan buahnya dan dari mana asalnya. Apakah sumbernya adalah Allah, yang memberikan terang sejati dan transformasi? Atau apakah itu hanyalah ilusi yang menuntun pada kegelapan? Pengalaman pria yang disembuhkan mengingatkan kita bahwa terang ilahi dapat membuka mata rohani kita, membebaskan kita dari kebutaan dosa dan ketidaktahuan, serta menuntun kita pada pemahaman yang benar tentang Allah dan rencana-Nya.
Kebenaran dalam ayat ini mengajarkan kita bahwa pengenalan akan Allah bukan hanya soal pengetahuan intelektual, tetapi juga pengalaman yang transformatif. Ketika kita terbuka pada karya Allah dalam hidup kita, kita mulai melihat dunia dan realitas rohani dengan cara yang baru. Seperti pria yang tadinya buta, kita dapat bersaksi dengan keyakinan, "Jika bukan dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa," mengakui Yesus Kristus sebagai terang dunia yang membebaskan dan mengarahkan hidup kita.