Ayat Yosua 22:3 merupakan bagian dari narasi penting mengenai penyelesaian bangsa Israel di tanah Kanaan. Setelah bertahun-tahun berperang dan memperebutkan tanah warisan mereka, suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye telah memenuhi janji mereka untuk membantu saudara-saudara mereka dari suku lain. Kini, saatnya bagi mereka untuk kembali ke wilayah mereka yang terletak di seberang Sungai Yordan. Perintah yang diberikan oleh Yosua, pemimpin umat Israel, kepada ketiga suku ini bukan sekadar pengingat untuk pulang, tetapi lebih dalam lagi, ia menekankan pentingnya pelaksanaan perintah dan kesetiaan.
Makna Ketaatan dan Janji
Frasa "lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu oleh Musa, hamba TUHAN" memiliki bobot yang sangat besar. Ini bukan hanya tentang perintah fisik, tetapi juga tentang prinsip-prinsip rohani dan hukum yang telah diberikan Allah melalui Musa. Musa adalah figur sentral dalam pembebasan Israel dari Mesir dan pembentukan mereka sebagai umat perjanjian Allah. Segala perintah yang diberikan melalui Musa adalah amanat ilahi, yang mengikat seluruh umat Israel. Ketiga suku tersebut telah membuktikan kesetiaan mereka dalam membantu di medan perang, dan kini mereka dituntut untuk melanjutkan kesetiaan tersebut dengan kembali ke rumah mereka sambil tetap memegang teguh ajaran Allah.
Menjaga Keutuhan Umat
Konteks dari ayat ini juga krusial. Setelah Yosua memerintahkan mereka pulang, ada momen kebingungan dan kecurigaan dari suku-suku yang lain ketika mereka melihat pembangunan mezbah besar di tepi Sungai Yordan oleh suku Ruben dan Gad. Mezbah ini dikhawatirkan akan menjadi pusat ibadah terpisah, yang dapat memecah belah kesatuan ibadah bangsa Israel kepada Allah di Yerusalem. Namun, penjelasan dari ketiga suku tersebut menunjukkan bahwa mezbah itu dibangun bukan untuk persembahan, melainkan sebagai tugu peringatan dan saksi bahwa mereka juga bagian dari umat Allah yang sama dan beribadah kepada TUHAN yang sama.
Dalam hal ini, Yosua 22:3 mengingatkan kita akan pentingnya tindakan yang selaras dengan firman Allah dan janji yang telah dibuat. Ketaatan bukanlah sekadar mengikuti aturan, tetapi sebuah ekspresi iman dan kepercayaan kepada Allah. Ketika umat Israel menghadapi tantangan baru, baik dalam peperangan maupun dalam kehidupan sehari-hari di tanah perjanjian, fondasi ketaatan kepada firman Allah menjadi kunci untuk menjaga integritas dan kesatuan mereka. Perintah Yosua kepada ketiga suku tersebut adalah pengingat bahwa kesetiaan kepada TUHAN harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan, termasuk kepulangan mereka ke rumah dan cara mereka hidup di tanah yang baru.
Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya komunikasi yang jelas dan saling pengertian dalam menghadapi potensi kesalahpahaman. Suku Ruben dan Gad bertindak dengan hikmat untuk menjelaskan maksud mereka, sehingga keutuhan umat Israel tetap terjaga. Ketaatan yang tulus kepada Allah akan memimpin kita untuk hidup dalam persatuan dan kasih dengan sesama, serta menjaga agar tidak ada yang dapat memecah belah kita dari komunitas orang percaya. Yosua 22:3, dengan segala konteksnya, menjadi pelajaran abadi tentang bagaimana seharusnya umat Allah menavigasi kehidupan, selalu berpegang teguh pada perintah-Nya dan menjaga keutuhan persaudaraan.