Yosua 22:32

"Dan Pinehas bin Eleazar, imam itu, bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin kaum itu, yang menjadi kepala-kepala puak Israel, melihat perkataan yang diucapkan oleh bani Ruben dan bani Gad dan bani Manasye, maka baiklah itu di mata mereka."

Kesepakatan Damai

Ayat Yosua 22:32 ini merupakan puncak dari sebuah peristiwa penting dalam sejarah bangsa Israel setelah mereka berhasil menaklukkan tanah perjanjian. Setelah bertahun-tahun berperang dan berjuang untuk mendapatkan rumah mereka di Kanaan, suku-suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye yang telah menetap di wilayah sebelah timur Sungai Yordan, memutuskan untuk membangun sebuah mezbah yang sangat mirip dengan mezbah Tuhan di tanah Kanaan. Tindakan ini menimbulkan kecurigaan dan kekhawatiran besar di antara suku-suku lain yang tinggal di sebelah barat Yordan, yang mengira bahwa tindakan ini merupakan bentuk pemberontakan dan penyembahan berhala.

Ketegangan pun memuncak, dan para pemimpin suku-suku di sebelah barat, dipimpin oleh Pinehas bin Eleazar, siap untuk berperang melawan saudara-saudara mereka. Namun, sebelum keputusan final diambil, mereka memutuskan untuk mengirimkan delegasi yang terdiri dari para pemimpin dan imam untuk mencari klarifikasi. Delegasi ini berdialog dengan bani Ruben, Gad, dan Manasye. Dalam percakapan tersebut, ternyata niat pembangunan mezbah itu bukanlah untuk tujuan penyembahan berhala, melainkan sebagai penanda kesaksian dan pengingat akan warisan spiritual mereka di tanah perjanjian. Mezbah tersebut dimaksudkan untuk menjadi saksi bahwa mereka tetap menjadi bagian dari umat Tuhan yang sama, yang beribadah kepada satu Allah yang sama, meskipun terpisah oleh Sungai Yordan.

Ketika penjelasan yang tulus dan meyakinkan itu didengar oleh Pinehas dan para pemimpin lainnya, suasana ketegangan berubah menjadi kelegaan dan rekonsiliasi. Yosua 22:32 mencatat respons mereka: "baiklah itu di mata mereka." Kata "baiklah" di sini mengindikasikan penerimaan, persetujuan, dan rasa lega yang mendalam. Ini menunjukkan bahwa kebenaran dan niat yang tulus mampu mengatasi kesalahpahaman dan kecurigaan yang sempat muncul.

Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur. Kesalahpahaman sering kali terjadi karena kurangnya dialog. Dengan berbicara dan mendengarkan, kita dapat mencegah konflik yang tidak perlu. Kedua, ayat ini menekankan pentingnya menjaga kesatuan di tengah perbedaan. Meskipun secara geografis terpisah oleh Sungai Yordan, suku-suku ini tetap diidentifikasi sebagai satu bangsa dengan satu Tuhan yang sama. Pembangunan mezbah tersebut, meskipun sempat disalahartikan, justru menjadi simbol komitmen mereka untuk tetap terhubung dengan identitas rohani mereka bersama.

Ketiga, Yosua 22:32 mengingatkan kita untuk tidak terburu-buru dalam menghakimi. Diperlukan kebijaksanaan dan investigasi yang cermat sebelum mengambil tindakan, terutama dalam menghadapi situasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Pinehas dan para pemimpin lainnya menunjukkan kedewasaan rohani dengan memilih untuk mencari kebenaran terlebih dahulu sebelum mengambil langkah drastis. Akhirnya, ayat ini adalah pengingat akan kekuatan rekonsiliasi dan pentingnya menjaga persekutuan umat Tuhan dalam satu kesatuan yang utuh.