"Pada hari itu Yosua membuat perjanjian dengan bangsa itu dan menetapkan ketetapan serta peraturan bagi mereka di Sekem, seperti yang tertulis dalam kitab hukum Allah."
Ayat Yosua 24:25 merupakan sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah Yosua memimpin mereka memasuki Tanah Perjanjian dan membagi-bagikan tanah itu kepada suku-suku, tibalah saatnya untuk memperkuat komitmen mereka kepada Allah. Di kota Sekem, tempat yang memiliki makna historis penting bagi mereka, Yosua tidak hanya menyampaikan firman Tuhan, tetapi juga secara resmi meneguhkan sebuah perjanjian antara Allah dan umat-Nya.
Perjanjian ini bukan sekadar seremonial belaka. Ini adalah pengingat akan kesetiaan Allah yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir, menuntun mereka melalui padang gurun, dan kini mengantar mereka ke tanah yang berlimpah susu dan madu. Di sisi lain, perjanjian ini juga menuntut komitmen penuh dari bangsa Israel. Mereka harus memilih untuk melayani TUHAN, menaati perintah-perintah-Nya, dan menjauhi segala bentuk penyembahan berhala yang marak di tanah Kanaan.
Tindakan Yosua membuat ketetapan dan peraturan di Sekem menunjukkan pentingnya struktur dan pedoman yang jelas dalam kehidupan iman. Ini bukan hanya soal keyakinan hati, tetapi juga tindakan nyata yang mencerminkan ketaatan. Kitab hukum Allah, yang diyakini merujuk pada Taurat yang diberikan melalui Musa, menjadi landasan utama bagi peraturan-peraturan tersebut. Ketaatan pada hukum Allah adalah bukti nyata dari pengakuan mereka terhadap kedaulatan-Nya.
Di era modern ini, prinsip dari Yosua 24:25 tetap relevan. Kita sebagai umat yang telah menerima anugerah keselamatan melalui Yesus Kristus, juga dipanggil untuk membuat sebuah 'perjanjian'. Perjanjian ini adalah penerimaan iman kita kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sama seperti bangsa Israel yang harus meninggalkan dewa-dewa lama mereka, kita pun dipanggil untuk meninggalkan dosa dan segala sesuatu yang menghalangi hubungan kita dengan Allah.
Memilih untuk Melayani TUHAN
Keputusan yang diambil di Sekem adalah sebuah pilihan sadar. Yosua sendiri dengan tegas menyatakan, "Tetapi aku dan kaum keluargaku, kami akan beribadah kepada TUHAN" (Yosua 24:15). Pilihan ini adalah fondasi dari perjanjian yang diteguhkan. Demikian pula, kita dipanggil untuk secara aktif memilih untuk mengabdikan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Ini berarti menempatkan Dia sebagai prioritas utama dalam segala aspek kehidupan kita: pekerjaan, keluarga, hubungan, dan waktu luang.
Menjalani hidup sesuai dengan ketetapan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan dalam Alkitab, yang merupakan ekspresi kehendak-Nya bagi kita, adalah bagian tak terpisahkan dari perjanjian iman. Ini bukanlah beban, melainkan sebuah panduan menuju kehidupan yang penuh berkat dan makna. Ketika kita sungguh-sungguh memilih untuk melayani TUHAN, kita akan menemukan kedamaian sejati dan tujuan hidup yang kekal.
Peristiwa di Sekem mengingatkan kita bahwa iman yang sejati selalu disertai dengan tindakan nyata dan komitmen yang teguh. Membangun hubungan yang kuat dengan Tuhan membutuhkan ketaatan yang konsisten terhadap firman-Nya dan penolakan terhadap segala sesuatu yang memisahkan kita dari-Nya. Dengan meneguhkan perjanjian kita kepada Tuhan, kita menapaki jalan hidup yang telah disediakan-Nya, penuh dengan harapan dan kepastian.