Ilustrasi visual tentang janji dan perjalanan yang penuh harapan.
Ayat Yosua 24:8 adalah salah satu momen penting dalam narasi kepemimpinan Yosua atas bangsa Israel. Ayat ini mencatat pengingat akan campur tangan ilahi yang luar biasa saat Tuhan membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Pengingatan ini bukan sekadar nostalgia, melainkan fondasi penting untuk memahami karakter Allah dan tuntutan-Nya kepada umat-Nya yang telah Ia tebus. Kisah ini menggambarkan titik balik krusial dalam sejarah Israel, di mana mereka dihadapkan pada pilihan untuk terus berjalan dalam kesetiaan Tuhan atau berpaling ke jalan lain.
Dalam konteks Yosua pasal 24, Yosua sedang mempersiapkan bangsa Israel untuk mengambil alih tanah perjanjian. Sebelum memasuki tanah itu, ia mengumpulkan seluruh bangsa di Sikhem untuk memperbarui perjanjian mereka dengan Allah. Yosua secara kronologis mengingatkan mereka akan perbuatan-perbuatan besar Tuhan sepanjang sejarah mereka. Dimulai dari Abraham, nenek moyang mereka, yang dipanggil Tuhan dari Ur-Kasdim; perjalanan Yakub dan keturunannya ke Mesir; hingga pembebasan dramatis dari tanah perbudakan.
Bagian Yosua 24:8 secara spesifik merujuk pada momen ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk mengarahkan orang Israel kembali ke arah Laut Teberau. Ini mungkin terdengar kontradiktif; bukankah mereka baru saja keluar dari Mesir? Namun, perintah ini adalah bagian dari strategi ilahi yang brilian. Bangsa Israel tampaknya terjebak di antara pegunungan dan laut, dengan tentara Mesir yang mengejar dari belakang. Dalam situasi yang tampak tanpa harapan ini, Tuhan menunjukkan kekuasaan-Nya yang tak tertandingi. Ia membuka Laut Merah, memungkinkan umat-Nya menyeberang dengan tanah kering, sementara tentara Mesir dihancurkan ketika air kembali menutup.
Mengapa Yosua mengingatkan mereka tentang hal ini? Karena pengalaman ini adalah bukti nyata dari kesetiaan dan kuasa Allah. Tuhan tidak hanya menyelamatkan mereka sekali, tetapi terus-menerus hadir dalam perjalanan mereka. Ia telah memimpin mereka, melindungi mereka, dan menyediakan kebutuhan mereka. Pengingatan akan peristiwa Laut Merah ini adalah pengingat bahwa Allah yang telah melakukan mukjizat besar di masa lalu adalah Allah yang sama yang akan membawa mereka ke tanah perjanjian dan membimbing mereka di sana. Ini adalah janji akan kehadiran dan pertolongan Tuhan yang berkelanjutan.
Lebih dari sekadar pengingat peristiwa historis, Yosua 24:8 berfungsi sebagai dasar teologis bagi pilihan yang harus dibuat Israel. Dengan mengingatkan mereka akan kasih karunia dan kekuatan Tuhan, Yosua mendorong mereka untuk memberikan respons yang sepadan. Kesetiaan Tuhan menuntut kesetiaan umat-Nya. Mereka telah menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan menepati janji-Nya, bahkan dalam situasi yang paling genting sekalipun. Oleh karena itu, mereka dipanggil untuk hidup dalam penyerahan diri dan ketaatan kepada Dia yang telah menebus mereka dengan begitu mahal.
Dalam arti yang lebih luas, ayat ini juga memiliki relevansi bagi umat percaya hari ini. Kita juga telah mengalami campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Mungkin bukan pembebasan dari perbudakan fisik, tetapi pembebasan dari dosa, penyesalan, atau keputusasaan melalui Kristus. Pengalaman-pengalaman ini seharusnya menjadi pengingat akan kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan. Sama seperti Israel dipanggil untuk mempercayai dan mematuhi Tuhan di tanah perjanjian, kita juga dipanggil untuk hidup dalam iman dan ketaatan, mengetahui bahwa Allah yang setia akan selalu bersama kita, memimpin dan melindungi kita.
Yosua 24:8, sebagai bagian dari narasi yang lebih besar di Yosua pasal 24, menekankan pentingnya mengingat perbuatan Allah di masa lalu sebagai sumber kekuatan dan inspirasi untuk masa depan. Ini adalah pengingat bahwa Allah kita adalah Allah yang setia, yang selalu menepati janji-Nya. Janji-Nya adalah jangkar yang teguh bagi iman kita, terutama ketika kita menghadapi tantangan dan ketidakpastian. Marilah kita terus mengingat perbuatan-perbuatan besar Tuhan dalam hidup kita dan membalasnya dengan kesetiaan penuh kepada-Nya.