Yosua 3:6 - Janji dan Keberanian

"Dan Yosua berkata kepada para imam: "Angkat tabut perjanjian itu, dan bawalah itu berjalan di depan orang Israel." Maka mereka mengangkat tabut perjanjian itu, dan berjalan di depan orang Israel."

Kisah penyeberangan Sungai Yordan oleh bangsa Israel, sebagaimana tercatat dalam kitab Yosua pasal 3, merupakan salah satu momen paling dramatis dan penuh iman dalam sejarah mereka. Ayat 6 menjadi penekanan penting dari instruksi yang diberikan oleh Yosua kepada para imam yang memikul Tabut Perjanjian. Ini bukan sekadar perintah teknis, melainkan sebuah manifestasi keyakinan yang mendalam kepada Allah.

Bayangkan situasi bangsa Israel saat itu. Mereka baru saja keluar dari gurun selama empat puluh tahun, dan kini di hadapan mereka terbentang Sungai Yordan yang sedang meluap karena musim panen. Sungai yang meluap secara alami merupakan penghalang fisik yang luar biasa, sebuah perbatasan yang tampaknya tidak dapat ditembus. Ketakutan dan keraguan pasti meliputi banyak hati. Namun, di tengah ketidakpastian itu, Yosua, sang pemimpin baru setelah Musa, memberikan instruksi yang tegas: para imam harus mengangkat Tabut Perjanjian dan berjalan ke depan.

Tabut Perjanjian bukan hanya sebuah kotak kayu berlapis emas. Ia adalah simbol kehadiran Allah yang paling nyata di tengah umat-Nya. Di dalamnya tersimpan loh batu Sepuluh Perintah Allah, mengingatkan akan perjanjian-Nya yang kekal. Ketika para imam mengangkat Tabut ini, mereka secara simbolis membawa kehadiran Allah itu sendiri ke garis depan. Ini adalah pernyataan bahwa mereka tidak berjalan sendiri, melainkan dipimpin langsung oleh Sang Pencipta.

Perintah untuk berjalan di depan bangsa Israel ini menuntut keberanian luar biasa dari para imam. Mereka harus menjadi yang pertama memasuki air yang bergolak. Tindakan ini membutuhkan iman yang teguh bahwa Allah yang telah menjanjikan tanah Kanaan kepada mereka akan membuka jalan. Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya iman yang aktif. Iman yang hanya duduk diam tidak akan menghasilkan apa-apa. Iman yang sejati adalah iman yang bertindak, yang bersedia melangkah maju meskipun belum melihat seluruh jalan terbuka.

Penyeberangan Sungai Yordan mengajarkan pelajaran berharga tentang bagaimana menghadapi tantangan besar dalam hidup. Sama seperti bangsa Israel dihadapkan pada sungai yang meluap, kita pun seringkali dihadapkan pada masalah-masalah yang tampak mustahil diatasi. Karyawan yang di-PHK, penyakit yang mengancam, hubungan yang retak, atau kegagalan bisnis. Dalam situasi seperti itu, godaan untuk menyerah sangatlah besar.

Namun, Yosua 3:6 mengingatkan kita bahwa kunci untuk melewati badai adalah dengan mengutamakan kehadiran Allah. Membawa "Tabut Perjanjian" ke depan berarti menjadikan doa, firman Tuhan, dan prinsip-prinsip ilahi sebagai prioritas utama. Ketika kita mengizinkan Allah memimpin langkah kita, Ia akan melakukan hal-hal yang luar biasa. Sejarah mencatat bagaimana Sungai Yordan berhenti mengalir ketika kaki para imam yang memikul Tabut menyentuh tepinya. Allah membuka jalan di mana sebelumnya tidak ada jalan.

Maka, marilah kita merenungkan bagaimana kita menerapkan prinsip Yosua 3:6 dalam kehidupan kita. Apakah kita berani melangkah maju dengan iman, membiarkan Allah memimpin di depan kita? Apakah kita memprioritaskan kehadiran-Nya dalam setiap keputusan kita? Dengan iman yang teguh dan keberanian untuk bertindak, kita pun dapat melihat bagaimana Allah membuka jalan bagi kita, meluapnya berkat dan pertolongan-Nya, sama seperti Sungai Yordan yang terbelah.

Simbol Penyeberangan dan Kehadiran Ilahi