Yosua 3:8 - Melangkah dalam Iman yang Teguh

"Dan engkau harus berkata kepada para imam yang memikul tabut perjanjian itu: Segera sesudah kamu sampai di tepi air sungai Yordan, berhentilah di sungai Yordan."

Iman

Ayat Yosua 3:8 menjadi penanda penting dalam perjalanan bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. Perintah yang diberikan kepada Yosua, sang pemimpin baru setelah Musa, adalah untuk memerintahkan para imam yang memikul Tabut Perjanjian untuk berhenti tepat di tepi Sungai Yordan yang sedang meluap. Ini bukanlah sekadar instruksi logistik, melainkan sebuah ujian iman yang fundamental. Bayangkan situasi tersebut. Sungai Yordan, pada musim panen, meluap akibat hujan dan pencairan salju di pegunungan. Arusnya deras dan berbahaya. Bagi bangsa yang baru saja menyelesaikan perjalanan panjang di padang gurun, menghadapi rintangan alam yang begitu besar tentu menimbulkan rasa gentar dan keraguan. Akankah mereka mampu menyeberang? Bagaimana cara mereka melewati banjir bandang ini? Namun, perintah Tuhan jelas: berhenti. Bukan mencari cara lain, bukan menunggu air surut, tetapi berhenti di tepi sungai yang meluap itu. Perintah ini menuntut kepercayaan penuh pada kuasa ilahi. Tabut Perjanjian, yang melambangkan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya, menjadi fokus. Ketika para imam yang memikulnya melangkah, Tuhan berjanji akan membuat air sungai itu berhenti mengalir dari hulu. Sebuah mukjizat yang hanya akan terjadi ketika mereka menunjukkan ketaatan dan keyakinan. Kisah ini memiliki relevansi yang kuat bagi kita di masa kini. Seringkali dalam kehidupan, kita dihadapkan pada "sungai Yordan" kita sendiri. Rintangan, masalah, tantangan, atau ketidakpastian yang tampak begitu besar dan sulit untuk diatasi. Mungkin itu adalah tantangan profesional, masalah keluarga, pergumulan pribadi, atau situasi ekonomi yang berat. Dalam menghadapi hal-hal ini, reaksi alami kita adalah mencari solusi sendiri, merencanakan, menghitung, bahkan terkadang diliputi rasa takut dan cemas. Namun, Yosua 3:8 mengajarkan kita untuk berhenti sejenak. Menghentikan kepanikan dan memusatkan perhatian pada Tuhan. Perintah untuk berhenti di tepi sungai bukanlah tanda kepasifan, melainkan sebuah panggilan untuk mempersiapkan diri secara spiritual. Para imam berhenti bukan untuk diam membeku, melainkan untuk menanti tindakan Tuhan. Mereka percaya bahwa di sanalah, di batas kemampuan manusia, Tuhan akan bekerja. Ketika kita menempatkan iman kita pada firman Tuhan dan berani mengambil langkah pertama, meskipun di hadapan rintangan yang tampak mustahil, Tuhan akan membuka jalan. Penyeberangan Sungai Yordan bukan terjadi karena kekuatan bangsa Israel, tetapi karena kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya dan ketaatan umat-Nya. Perintah untuk berhenti di tepi sungai adalah instruksi untuk membiarkan Tuhan mengambil alih kendali. Marilah kita belajar dari Yosua dan bangsa Israel. Di hadapan persoalan yang meluap-luap, biarlah kita berani berhenti, menempatkan iman kita pada Tuhan, dan percaya bahwa Dia akan membuat jalan di mana tidak ada jalan. Langkah pertama yang diambil dalam ketaatan kepada perintah-Nya adalah kunci untuk mengalami mukjizat dan memasuki berkat yang telah Dia sediakan.