Kisah di Yosua 4 adalah momen monumental dalam sejarah bangsa Israel. Setelah empat puluh tahun mengembara di padang gurun, mereka akhirnya tiba di tanah perjanjian. Namun, langkah pertama mereka menyeberangi Sungai Yordan ternyata bukanlah hal yang mudah. Sungai itu sedang meluap, arusnya deras, dan menyeberanginya tampaknya mustahil. Di sinilah campur tangan Ilahi terjadi.
Allah memerintahkan Yosua untuk memerintahkan para pemimpin suku mengambil dua belas batu dari dasar Sungai Yordan, tempat kaki para imam yang membawa tabut perjanjian berdiri teguh. Batu-batu ini bukanlah sekadar batu biasa. Batu-batu ini menjadi saksi bisu atas kuasa Allah yang menghentikan aliran Sungai Yordan, memungkinkan seluruh umat Israel menyeberang dengan kaki kering. Perintah dalam Yosua 4:5, "Ambillah masing-masing satu batu dari tempat berdiam diri orang Lewi di tengah-tengah sungai Yordan, dan bawalah batu-batu itu bersama-sama kamu ke tempat kamu bermalam malam ini," memiliki makna yang sangat mendalam.
Perintah ini bukan hanya tentang membawa pulang souvenir. Batu-batu itu ditujukan sebagai pengingat. Ketika generasi mendatang bertanya, "Apakah artinya batu-batu ini?", orang tua Israel dapat menceritakan kembali kisah keajaiban yang telah Allah lakukan bagi mereka. Ini adalah ajaran yang berkesinambungan, memastikan bahwa karya besar Allah tidak akan pernah dilupakan. Kisah ini mengajarkan kita pentingnya membangun tugu peringatan dalam kehidupan rohani kita. Tugu peringatan ini bisa berupa doa syukur, kesaksian, atau bahkan catatan pribadi tentang bagaimana Allah telah bekerja dalam hidup kita.
Dalam menghadapi tantangan hidup, seringkali kita merasa kecil dan tidak berdaya. Sama seperti bangsa Israel yang menghadapi Sungai Yordan yang meluap, kita pun mungkin menghadapi masalah yang terlihat mustahil untuk diatasi. Namun, Yosua 4:5 mengingatkan kita bahwa Allah yang telah menuntun mereka melintasi sungai itu, adalah Allah yang sama yang bersama kita sekarang. Kekuatan kita datang bukan dari kemampuan kita sendiri, melainkan dari kedaulatan dan kuasa Allah.
Menjadikan batu-batu peringatan ini nyata dalam kehidupan kita hari ini berarti kita harus secara aktif mengingat dan menceritakan karya-karya Allah. Ini bisa berarti kita menceritakan kepada anak-anak kita tentang bagaimana kita berdoa dan melihat jawaban, bagaimana kita melewati masa sulit dengan iman, atau bagaimana kita merasakan penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup. Dengan demikian, iman kita diperkuat, dan generasi penerus dapat belajar untuk percaya dan bersandar pada Allah yang sama.
Ayat Yosua 4:5 mendorong kita untuk membawa pengalaman masa lalu yang ilahi ke dalam masa kini, dan mempersiapkan masa depan yang penuh iman. Biarlah kita seperti bangsa Israel, membangun tugu-tugu peringatan spiritual dalam hati dan keluarga kita, agar kuasa dan kesetiaan Allah selalu menjadi sumber kekuatan dan pengharapan kita.