"TUHAN akan berfirman kepadaku: ‘Maju sekalianmu ke atas Yerikho; pada kali pertama, seranglah kota itu sekali, dan pada kali ketujuh, tujuh kali kelilingi kota itu, sedang imam-imam meniup nafiri.’"
Simbol kemenangan ilahi dan strategis.
Kisah Yosua dan bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian adalah kisah iman, keberanian, dan ketaatan yang luar biasa. Di tengah tantangan yang tampak mustahil, TUHAN memberikan instruksi yang spesifik dan unik, seperti yang tercatat dalam Yosua 8:8. Ayat ini bukanlah sekadar pengulangan dari kisah Yerikho pertama, melainkan sebuah pengingat akan cara Tuhan bekerja yang seringkali melampaui logika manusia. TUHAN berfirman kepada Yosua, memerintahkan mereka untuk menyerang kota Yerikho, namun dengan cara yang tidak lazim: berjalan mengelilingi kota itu sekali sehari selama enam hari, dan pada hari ketujuh, tujuh kali kelilingi kota itu, sementara para imam meniup nafiri.
Instruksi ini terdengar aneh, bahkan mungkin konyol, bagi seorang pemimpin militer yang terbiasa dengan strategi perang konvensional. Namun, inti dari perintah ini terletak pada iman dan ketaatan mutlak. Tuhan tidak meminta mereka untuk menggunakan kekuatan fisik semata, tetapi untuk menunjukkan kepercayaan penuh pada pimpinan-Nya. Mereka harus berjalan dalam ketaatan, satu langkah demi satu langkah, hari demi hari, percaya bahwa Tuhan akan memberikan kemenangan. Kegigihan dalam mengikuti instruksi, bahkan ketika hasilnya belum terlihat, adalah kunci utama.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kemenangan sejati tidak selalu datang dari kekuatan senjata atau kecerdikan strategi manusia. Seringkali, kemenangan terbesar diraih melalui penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan ketaatan yang teguh pada firman-Nya. Yosua 8:8 menggarisbawahi bahwa Tuhan berdaulat atas segala situasi, dan ketika kita mengikuti petunjuk-Nya, bahkan yang paling tidak biasa sekalipun, Ia akan bekerja untuk membawa kita pada tujuan-Nya. Ini adalah pengingat bahwa kita tidak perlu gentar menghadapi tantangan, karena kekuatan sesungguhnya berasal dari Tuhan.
Saat kita menghadapi "tembok Yerikho" dalam kehidupan kita, baik itu kesulitan pribadi, tantangan pekerjaan, atau persoalan keluarga, kita diingatkan akan prinsip yang sama. Apakah kita akan mencoba menyelesaikan semuanya dengan kekuatan sendiri, atau kita akan berserah pada Tuhan dan mengikuti arahan-Nya, sekecil atau seaneh apapun itu? Ketaatan yang tulus, bahkan dalam hal-hal kecil sehari-hari, dapat menjadi jalan menuju kemenangan yang luar biasa. Marilah kita belajar dari Yosua, untuk selalu mendengarkan suara Tuhan, menaatinya tanpa ragu, dan mempercayai bahwa Ia akan memimpin kita menuju keberhasilan yang Ia Rencanakan.
Kisah ini juga menekankan pentingnya kesatuan. Bangsa Israel bergerak sebagai satu kesatuan, para imam dengan nafiri mereka, dan seluruh umat mengikuti di belakang. Solidaritas dan kerjasama dalam mengikuti pimpinan Tuhan sangat krusial. Kita dipanggil untuk berjalan bersama dalam iman, saling mendukung, dan bersatu padu dalam menghadapi segala rintangan, sebagaimana bangsa Israel bersatu di bawah kepemimpinan Yosua dan pimpinan ilahi.
Intinya, Yosua 8:8 bukan hanya tentang kehancuran sebuah kota, tetapi tentang membangun karakter iman yang kuat. Ini tentang belajar untuk mendengar, percaya, dan taat. Saat kita meneladani Yosua dalam ketaatan pada Tuhan, kita pun dapat mengalami kemenangan atas segala kesulitan, tidak dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan kuasa Tuhan yang tak terbatas.