Ayat Zakharia 7:12 merupakan sebuah peringatan keras yang disampaikan oleh Nabi Zakharia atas nama Tuhan Semesta Alam kepada umat-Nya. Ayat ini secara gamblang menggambarkan akar permasalahan umat pada masa itu: sebuah kekerasan hati yang membuat mereka menolak untuk mendengarkan hukum dan firman Tuhan. Tuhan tidak berbicara melalui mimpi atau wahyu yang samar, melainkan melalui perkataan yang disampaikan oleh para nabi-Nya. Namun, hati umat telah dikeraskan seperti batu intan, sebuah metafora yang kuat untuk menggambarkan ketidakmampuan atau ketidakmauan mereka untuk menerima kebenaran.
Mengapa hati bisa menjadi sekeras batu intan? Seringkali, hal ini bermula dari penolakan yang berulang-ulang terhadap suara kebenaran. Ketika seseorang atau sekelompok orang terus-menerus mengabaikan ajaran moral, petunjuk ilahi, atau nasihat yang membangun, secara bertahap hati mereka menjadi tumpul dan tidak lagi peka terhadap suara Tuhan. Sebaliknya, mereka cenderung mengikuti keinginan pribadi, tradisi yang keliru, atau pengaruh duniawi yang menjauhkan mereka dari kehendak-Nya. Zakharia menggambarkan bahwa "perkataan yang disampaikan TUHAN semesta alam dengan Roh-Nya dengan perantaraan nabi-nabi dahulu" tidak lagi mampu menembus ketegaran hati mereka. Ini adalah kondisi yang sangat serius, karena Tuhan sendiri yang berbicara.
Akibat dari kekerasan hati ini tidak main-main. Ayat tersebut menegaskan, "oleh sebab itu TUHAN semesta alam murka besar kepada mereka." Kemurkaan Tuhan bukanlah emosi yang tidak terkendali, melainkan respons adil terhadap penolakan terhadap kebaikan dan kebenaran-Nya. Ketika umat memilih untuk hidup dalam ketidaktaatan dan menolak firman-Nya, mereka menciptakan jarak antara diri mereka dengan sumber berkat dan perlindungan. Kemurkaan ini bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti kesulitan, bencana, atau kehilangan hadirat Tuhan dalam kehidupan mereka.
Pesan Zakharia 7:12 sangat relevan hingga kini. Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh distraksi, seringkali kita juga berisiko mengeraskan hati kita. Berbagai informasi dan tuntutan duniawi bisa membuat kita mengabaikan suara hati nurani, nasihat rohani, atau panggilan Tuhan yang lembut. Penting bagi kita untuk secara sadar membuka hati dan pikiran kita untuk menerima firman Tuhan, baik yang disampaikan melalui Alkitab, para pelayan-Nya, maupun tuntunan Roh Kudus. Ketaatan yang tulus, yang lahir dari hati yang lembut dan mau belajar, adalah kunci untuk menerima berkat dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Sebaliknya, ketidakpedulian dan kekerasan hati hanya akan menjauhkan kita dari kebaikan-Nya dan mendatangkan ketidakridaan. Mari kita jadikan ayat ini sebagai pengingat untuk terus mengasah kepekaan rohani kita.