Kitab Zefanya merupakan salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang membawa pesan kuat tentang penghakiman Allah atas dosa dan penyesalan mendalam bagi umat-Nya. Ayat Zefanya 3:2 secara khusus menyoroti kegagalan umat Israel pada masa itu untuk mendengarkan dan menaati firman Tuhan, sebuah pola yang seringkali terulang dalam sejarah manusia. Peringatan ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan cerminan kebenaran rohani yang relevan hingga kini.
Frasa "Ia tidak mengikuti perintah dan tidak mau mendengar teguran" menggambarkan sebuah sikap keras kepala dan pemberontakan hati. Perintah Tuhan bukanlah beban yang memberatkan, melainkan panduan untuk kehidupan yang benar dan penuh berkat. Teguran, dalam konteks ini, adalah kasih Allah yang berusaha mengarahkan kembali umat-Nya dari jalan yang salah. Namun, ketika hati telah mengeraskah, perintah menjadi terdengar asing dan teguran dianggap sebagai gangguan. Sikap ini menunjukkan kurangnya kerendahan hati dan kesadaran akan otoritas ilahi. Sebaliknya, ia menolak hikmat dan kebaikan yang ditawarkan oleh Sang Pencipta.
Lebih jauh, ayat ini menyatakan, "ia tidak percaya kepada TUHAN, tidak mendekat kepada Allahnya." Ketidakpercayaan adalah akar dari segala ketidaktaatan. Ketika seseorang tidak percaya pada kebaikan, keadilan, dan kasih Allah, ia akan ragu untuk menyerahkan hidupnya ke dalam tangan-Nya. Kepercayaan kepada Tuhan adalah fondasi hubungan yang sehat dengan-Nya. Tanpa kepercayaan, motivasi untuk taat akan hilang. Sebaliknya, seseorang akan mencari jalan sendiri, mengandalkan hikmat duniawi, atau terjerumus dalam kekhawatiran dan ketakutan. Keengganan untuk "mendekat kepada Allahnya" mencerminkan sebuah jurang pemisah yang tercipta bukan karena Allah yang menjauh, melainkan karena pilihan manusia untuk menjaga jarak. Mendekat kepada Tuhan berarti membuka diri, merendahkan diri, dan berserah.
Pesan Zefanya 3:2 ini mengajarkan kita pentingnya mendengarkan suara Tuhan melalui firman-Nya, merespons teguran-Nya dengan hati yang terbuka, serta memupuk kepercayaan yang teguh kepada-Nya. Kegagalan untuk melakukan hal ini akan membawa kita pada kehampaan dan keterpisahan dari sumber kehidupan. Sebaliknya, ketaatan yang lahir dari kepercayaan akan membawa kita pada kedekatan yang mendalam dengan Allah, di mana kita dapat merasakan kedamaian dan berkat-Nya yang melimpah. Marilah kita merenungkan hati kita, apakah kita sudah menjadi pendengar firman yang taat, dan apakah kita senantiasa berusaha mendekat kepada Allah kita dengan iman yang teguh.
Kisah Israel yang tertulis dalam Zefanya menjadi pengingat akan konsekuensi dari hidup tanpa Tuhan. Namun, di tengah peringatan tersebut, tersimpan pula janji harapan dan pemulihan bagi mereka yang mau berbalik. Penolakan terhadap perintah dan teguran Allah, serta ketidakpercayaan yang menjauhkan hati, adalah jalan yang berujung pada kesesakan. Sebaliknya, jalan iman dan ketaatan adalah jalan menuju kehidupan yang berkelimpahan dan berkat abadi bersama Dia.