Kisah dalam 1 Raja-raja pasal 13 mempersembahkan sebuah narasi yang kuat tentang kesetiaan, ketaatan, dan konsekuensi dari ketidaktaatan terhadap firman Tuhan. Ayat 17 ini, khususnya, menjadi titik krusial yang menekankan pentingnya mendengar dan menaati instruksi ilahi tanpa penyimpangan sedikit pun. Nabi dari Yehuda diutus oleh Tuhan untuk berbicara menentang mezbah di Betel, sebuah tindakan pemberontakan terhadap penyembahan berhala yang didirikan oleh Yerobeam, raja Israel Utara.
Sang nabi muda menjalankan tugasnya dengan berani, menyampaikan pesan Tuhan dengan jelas. Namun, di tengah perjalanan pulangnya, ia dihadang oleh seorang nabi tua yang tinggal di Betel. Nabi tua ini, entah karena kebaikan yang keliru atau karena niat yang kurang murni, berbohong kepada nabi muda, mengaku menerima wahyu dari Tuhan yang memerintahkannya untuk membawa nabi muda itu kembali ke rumahnya untuk makan roti dan minum air. Di sinilah ketaatan nabi muda diuji.
Firman Tuhan yang jelas dan mutlak di ayat 17 menjadi pengingat tegas: "Janganlah engkau makan roti atau minum air di tempat ini, janganlah engkau pulang melalui jalan yang kau datangi." Instruksi ini bukanlah saran, melainkan perintah langsung dari Yang Mahakuasa. Ayat ini menyoroti kehati-hatian yang harus kita miliki dalam mendengarkan suara-suara di sekitar kita. Tidak semua suara yang mengaku datang dari Tuhan benar-benar berasal dari-Nya. Kerap kali, suara-suara ini datang dengan tampilan yang meyakinkan, bahkan bisa jadi berasal dari orang-orang yang tampaknya memiliki otoritas rohani.
Kisah nabi muda ini memberikan pelajaran berharga bagi kita di era modern. Di tengah lautan informasi dan berbagai ajaran yang beredar, kita perlu memiliki prinsip yang teguh untuk membedakan mana yang benar-benar sesuai dengan firman Tuhan. Tuhan menghendaki ketaatan yang penuh, bukan ketaatan yang bersyarat atau yang mudah dipengaruhi oleh bujukan manusia, meskipun bujukan itu datang dengan kedok kebaikan. Perintah untuk tidak makan atau minum di tempat itu bukan hanya soal makanan fisik, tetapi simbol dari pemutusan total dengan lingkungan yang telah dikutuk Tuhan.
Nabi muda ini akhirnya tergoda dan melanggar perintah Tuhan. Akibatnya, ia harus menanggung konsekuensi tragis, yang bahkan diumumkan oleh nabi tua itu sendiri sebelum nabi muda itu meninggal. Kisah ini adalah sebuah peringatan yang keras tentang bahaya kompromi dan ketidaktaatan, sekecil apapun kelihatannya. Tuhan itu kudus dan serius dalam segala firman-Nya. Kesetiaan kita seharusnya tertuju pada Sumber Firman, bukan pada kesaksian manusia yang bisa saja menyesatkan. Mari kita merenungkan ayat ini dan memperkuat tekad kita untuk selalu mendengarkan dan menaati firman Tuhan dengan segenap hati, tanpa tergoda oleh suara-suara lain yang menyimpang dari kebenaran-Nya.