1 Raja-Raja 15:6 - Kisah Perselisihan dan Warisan Tak Terputus

"Dan ada perselisihan antara Rehabeam dan Yerobeam seumur hidupnya."
Perselisihan Dinasti

Simbol perselisihan dan garis keturunan.

Ayat yang singkat namun penuh makna ini dari Kitab 1 Raja-Raja pasal 15, ayat 6, membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel. Ayat ini secara ringkas menyatakan bahwa "ada perselisihan antara Rehabeam dan Yerobeam seumur hidupnya." Frasa ini, meskipun tampak sederhana, membuka jendela ke dalam dinamika politik dan teologis yang kompleks yang melanda bangsa Israel pada masa itu, sebuah periode yang ditandai dengan perpecahan dan perebutan kekuasaan.

Rehabeam adalah raja Yehuda (kerajaan selatan), putra dari raja yang bijaksana namun akhirnya sesat, Salomo. Yerobeam, di sisi lain, adalah raja Israel (kerajaan utara), yang memimpin pemberontakan sepuluh suku utara yang memisahkan diri dari kekuasaan Rehabeam. Pemisahan ini bukanlah peristiwa yang tiba-tiba, melainkan puncak dari ketidakpuasan yang terpendam terkait beban pajak yang berat dan pemerintahan yang cenderung tiranik di bawah Salomo, yang kemudian diwariskan oleh Rehabeam. Yerobeam bangkit sebagai pemimpin yang menjanjikan pemulihan dan kebebasan bagi suku-suku utara.

Perselisihan yang disebutkan dalam ayat ini bukanlah sekadar konflik politik atau perebutan wilayah biasa. Ini adalah konflik yang berakar pada perpecahan bangsa yang telah dikasihi Tuhan, sebuah tragedi yang memiliki konsekuensi spiritual yang mendalam. Kedua pemimpin ini, Rehabeam dan Yerobeam, masing-masing memulai jalan yang berbeda dalam hal penyembahan dan kepemimpinan spiritual. Yerobeam, dengan ketakutan akan kembalinya suku-suku utara ke Yerusalem untuk beribadah, mendirikan tempat-tempat penyembahan berhala di utara, lengkap dengan patung anak lembu emas. Tindakannya ini secara eksplisit dinyatakan dalam Kitab Suci sebagai langkah yang membawa Israel ke dalam dosa dan menjauhkan mereka dari perjanjian dengan Tuhan.

Sementara itu, Rehabeam memerintah Yehuda, yang secara nominal tetap setia kepada tradisi Daud dan penyembahan di Yerusalem. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Yehuda juga tidak luput dari masalah. Ketaatan spiritual mereka naik turun, dan para raja Yehuda seringkali mengikuti jejak dosa leluhur mereka, meskipun tidak separah kerajaan utara yang sepenuhnya berpaling dari Tuhan.

Frasa "seumur hidupnya" menekankan sifat perselisihan yang terus-menerus dan tak terselesaikan antara kedua kerajaan tersebut. Ini bukan pertempuran singkat yang menghasilkan kemenangan mutlak bagi salah satu pihak, melainkan permusuhan yang berkelanjutan, yang melemahkan kedua bangsa dan membuat mereka rentan terhadap serangan dari musuh-musuh eksternal. Ketegangan ini menjadi latar belakang bagi banyak peristiwa tragis yang dicatat dalam kitab-kitab raja-raja selanjutnya.

Memahami ayat 1 Raja-Raja 15:6 ini penting karena mengajarkan kita tentang konsekuensi dari perpecahan, ketidakadilan, dan penyimpangan dari jalan Tuhan. Kisah Rehabeam dan Yerobeam adalah pengingat bahwa kepemimpinan yang tidak bijak, baik dalam urusan duniawi maupun spiritual, dapat membawa kehancuran bagi sebuah bangsa. Ayat ini juga menyoroti pentingnya persatuan dan kesetiaan kepada Tuhan sebagai fondasi yang kokoh bagi stabilitas dan kemakmuran sebuah komunitas. Meskipun perselisihan antara mereka berlangsung seumur hidup, warisan spiritual dan politik yang mereka tinggalkan terus bergema dalam narasi Alkitab.