1 Raja-raja 20:35 - Ujian Kenabian

"Ketika itu seorang dari anak-anak nabi berkata kepada sesamanya dengan firman TUHAN: 'Pukul aku!' Tetapi orang itu tidak mau memukulnya."

Kisah yang tercatat dalam 1 Raja-raja 20:35 ini merupakan bagian dari narasi yang lebih besar mengenai hubungan antara Allah, nabi-nabi-Nya, dan para raja Israel. Dalam konteks ini, kita melihat Elia, nabi Allah yang gagah berani, dihadapkan pada situasi yang unik dan mengajarkan pelajaran mendalam tentang ketaatan, wahyu ilahi, dan konsekuensi dari ketidaktaatan.

Ayat ini spesifik menceritakan percakapan antara dua orang dari "anak-anak nabi", yang dapat diartikan sebagai para pengikut atau murid nabi. Salah satu dari mereka diperintahkan oleh Allah, melalui firman-Nya, untuk memukul orang lain. Perintah ini terdengar aneh dan mungkin membingungkan bagi kita yang membacanya. Mengapa Allah akan memerintahkan seseorang untuk menyakiti sesamanya, meskipun hanya dengan pukulan?

Namun, penting untuk memahami konteks yang mendahuluinya. Sebelumnya, Allah telah memberikan kemenangan besar kepada Israel atas Siria melalui tangan raja Ahab. Dalam perjanjian damai yang dibuat oleh Ahab dengan raja Ben-Hadad dari Aram, ada aspek yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Allah berfirman kepada Elia untuk menghadapi Ahab dan menyampaikan teguran-Nya.

Ujian Ketaatan dan Wahyu

Perintah kepada anak nabi ini bukanlah perintah sembarangan. Ini adalah sebuah ujian. Ujian ketaatan bagi orang yang diperintah untuk memukul, dan ujian penerimaan wahyu bagi orang yang akan dipukul. Orang yang diperintah untuk memukul akhirnya menolak melakukannya karena takut atau ragu. Penolakan ini berakibat pada hukuman yang lebih berat baginya, yaitu akan dibunuh oleh singa, sebagaimana disampaikan oleh nabi yang lebih tua.

Kemudian, nabi yang lebih tua itu mendatangi orang yang menolak memukul dan berkata kepadanya, "Karena engkau tidak mau memukul orang yang diurapi TUHAN, maka dari padamu akan datang hukuman, dan dari padanya akan datang bencana." (1 Raja-raja 19:42, meskipun dalam konteks sebelumnya, tapi intinya sama mengenai konsekuensi ketidaktaatan). Hal ini menegaskan betapa seriusnya ketaatan terhadap firman Allah, bahkan dalam perintah yang tampaknya tidak biasa.

Pelajaran Penting

Kisah ini mengajarkan beberapa pelajaran penting. Pertama, firman TUHAN adalah otoritatif. Perintah yang datang langsung dari Allah, meskipun sulit dipahami atau tidak populer, harus ditaati. Penolakan untuk taat dapat membawa konsekuensi serius.

Kedua, kenabian adalah sebuah panggilan yang serius. Para nabi dan pengikut mereka dipanggil untuk menjadi penyalur kehendak Allah di dunia. Ini sering kali melibatkan pengorbanan, keberanian, dan kesediaan untuk bertindak sesuai dengan arahan ilahi, bahkan ketika hal itu tidak masuk akal secara manusiawi.

Ketiga, Allah menggunakan cara-cara yang tidak terduga untuk menguji dan menegur umat-Nya. Dalam ayat 1 Raja-raja 20:35, Allah menggunakan interaksi antar hamba-Nya untuk menyampaikan pesan kepada raja Ahab, yang sedang menyaksikan kejadian ini. Pesan utamanya adalah peringatan bahwa tindakan Ahab yang tidak menaati perintah Allah akan membawa hukuman.

Pelajaran dari 1 Raja-raja 20:35 melampaui sekadar cerita kuno. Ini adalah pengingat bahwa hidup dalam hubungan dengan Allah menuntut pendengaran yang hati-hati terhadap suara-Nya, keberanian untuk taat, dan kerendahan hati untuk menerima teguran-Nya. Otoritas firman Tuhan tidak dapat diremehkan, dan ketaatan adalah tanda sejati dari pengabdian kepada-Nya.

Firman TUHAN
Ilustrasi simbolis: seorang nabi menerima firman TUHAN.