Ayat 1 Tawarikh 20:8 ini merupakan sebuah momen krusial dalam sejarah kepemimpinan Raja Daud, tepatnya ketika ia menghadapi ancaman dari bangsa Filistin yang berulang kali mencoba menaklukkan Israel. Kata-kata Daud yang tertulis dalam kitab ini bukan sekadar seruan biasa, melainkan sebuah pengakuan iman yang mendalam dan pernyataan strategi perang yang berakar pada kekuatan supranatural. Di tengah gentingnya situasi, ketika musuh tampak begitu kuat dan mengancam keberadaan bangsa pilihan Allah, Daud tidak bersandar pada kekuatan militer Israel semata, atau pada kecakapan para panglimanya. Sebaliknya, ia mengalihkan pandangannya sepenuhnya kepada sumber pertolongan yang sejati, yaitu Tuhan.
Pernyataan "Sebab pertolongan kami bukanlah dari manusia" adalah inti dari ayat ini. Kalimat ini mengandung kebijaksanaan rohani yang luar biasa. Daud menyadari keterbatasan manusia, betapapun hebatnya mereka. Manusia dapat memberikan dukungan, strategi, dan keberanian, namun pada akhirnya, kekuatan untuk meraih kemenangan yang menentukan seringkali datang dari sumber yang melampaui kemampuan manusia. Dalam konteks pertempuran melawan bangsa Filistin, yang seringkali memiliki prajurit-prajurit raksasa seperti Goliat, seruan Daud menjadi semakin relevan. Ancaman fisik yang begitu besar membutuhkan intervensi ilahi yang juga luar biasa.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap tantangan, baik itu perjuangan pribadi, kesulitan keluarga, hambatan profesional, atau bahkan krisis skala besar, kita dipanggil untuk tidak meremehkan kekuatan Tuhan. Daud, seorang raja yang telah banyak membuktikan keberaniannya di medan perang, tetap rendah hati dan mengakui bahwa keberhasilan sejatinya bergantung pada campur tangan ilahi. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa meskipun kita harus berusaha sekuat tenaga, menggunakan segala kemampuan dan strategi yang kita miliki, pada akhirnya, fondasi kemenangan yang kokoh adalah keyakinan kita kepada Tuhan.
Ketika kita menghadapi situasi yang terasa di luar kendali kita, ketika kekuatan manusia tampak tidak lagi cukup, maka seruan seperti Daud menjadi relevan. Ini adalah panggilan untuk melepaskan ketergantungan pada diri sendiri dan mengalihkannya kepada Tuhan. Kepercayaan ini bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan mengintegrasikan usaha manusia dengan keyakinan akan kuasa Tuhan. Sejarah mencatat bahwa bangsa Israel, dengan imannya yang teguh kepada Tuhan dan kepemimpinan yang berani seperti Daud, seringkali meraih kemenangan yang luar biasa melawan musuh-musuh yang jauh lebih kuat secara fisik.
Oleh karena itu, 1 Tawarikh 20:8 bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga sebuah prinsip abadi. Prinsip ini menekankan bahwa dalam segala peperangan kehidupan, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat, pertolongan yang paling hakiki dan kemenangan yang sejati berasal dari Tuhan. Mari kita belajar dari Daud untuk selalu mengarahkan pandangan kita kepada-Nya, mengakui keterbatasan kita, dan percaya bahwa bersama-Nya, tidak ada tembok yang terlalu tinggi dan tidak ada musuh yang terlalu kuat untuk dikalahkan. Kekuatan ilahi adalah sumber kemenangan yang tak terbatas.