1 Tawarikh 21 10: Pilihan dan Konsekuensinya

"Tetapi bersuarakah Gad, seorang pelihat itu, kepada Daud: ‘Silakan dipilih: tiga tahun kelaparan, atau tiga bulan melarikan diri dari pada musuhmu dengan pedang mereka mengejarmu, atau tiga hari pedang TUHAN, ya, penyakit sampar di negeri itu, dan malaikat TUHAN menghancurkan di tiap-tiap daerah Israel.’"
Ilustrasi visual dari pilihan sulit yang dihadapi Daud dalam bentuk panah bercabang menuju simbol bahaya
Ayat 1 Tawarikh 21:10 adalah momen krusial dalam narasi Alkitab yang menyoroti konsekuensi dari keputusan Raja Daud yang keliru. Setelah diperintahkan oleh Allah untuk tidak menghitung jumlah umat Israel, Daud justru melanggarnya. Akibatnya, Allah memberikan tiga pilihan hukuman yang berat kepada Daud melalui nabi Gad. Pilihan-pilihan ini bukan sekadar hukuman fisik, tetapi ujian iman dan penyerahan diri kepada kehendak ilahi. Tiga pilihan yang diajukan adalah: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari kejaran musuh, atau tiga hari penyakit sampar yang dibawa oleh malaikat Tuhan. Masing-masing pilihan memiliki implikasi yang mengerikan bagi seluruh negeri Israel. Kelaparan akan melemahkan bangsa dari dalam, pengejaran musuh akan menimbulkan kekacauan dan ketakutan yang konstan, sementara penyakit sampar adalah bencana yang paling cepat dan mematikan, menjangkau setiap rumah tangga tanpa pandang bulu. Penting untuk memahami konteks di balik perintah Allah yang melarang penghitungan umat. Dalam tradisi Israel, penghitungan umat sering kali dikaitkan dengan kepercayaan pada kekuatan manusia dan kebanggaan diri, bukannya bersandar pada perlindungan Tuhan. Dengan menghitung jumlah pasukan, Daud mungkin secara tidak sadar telah menggeser fokusnya dari Allah kepada kekuatan militernya sendiri. Ini adalah pengingat abadi bahwa kesombongan dan keangkuhan dapat membawa konsekuensi yang serius. Nabi Gad, sebagai perwakilan Tuhan, menyampaikan pilihan ini dengan jelas dan tegas. Ini bukanlah negosiasi, melainkan penegasan bahwa tindakan Daud memiliki dampak ilahi. Daud, sebagai raja, berada dalam posisi yang paling bertanggung jawab. Kesalahannya bukan hanya kesalahannya sendiri, tetapi juga berdampak pada seluruh rakyat yang ia pimpin. Pilihan yang diberikan juga menunjukkan keadilan Tuhan yang menawarkan berbagai bentuk hukuman, memungkinkan Daud untuk, secara metaforis, memilih "derita" yang paling ia rasa bisa ia hadapi atau yang paling sesuai dengan hikmat yang diberikan Tuhan. Dalam narasi selanjutnya, Daud memilih penyakit sampar, dengan keyakinan bahwa lebih baik jatuh ke tangan Tuhan yang Maha Pengasih daripada ke tangan manusia yang kejam. Pilihan ini pada akhirnya memicu murka Tuhan yang menyebabkan ribuan orang Israel mati. Namun, dengan intervensi Daud dan persembahan korban di tempat pengirikan Ornan, Tuhan akhirnya menghentikan malapetaka tersebut. Kisah 1 Tawarikh 21:10 mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan, kerendahan hati, dan kesadaran akan kekuasaan Tuhan. Setiap keputusan yang kita buat memiliki potensi untuk membawa konsekuensi, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang-orang di sekitar kita. Ayat ini mendorong kita untuk selalu menempatkan Tuhan di tempat pertama dalam segala hal dan untuk tidak pernah meremehkan kekuatan atau keadilan-Nya. Pilihan selalu ada, tetapi konsekuensi dari pilihan tersebut sering kali tak terhindarkan dan mengajarkan kita pelajaran yang berharga.