1 Tawarikh 21:11

"Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman TUHAN: Aku memberikan kepadamu tiga perkara; pilihlah salah satu dari padanya, supaya Aku melakukannya kepadamu."

Pilihan Ilahi: Konsekuensi dan Kehendak Bebas

Ayat 1 Tawarikh 21:11 menyajikan momen krusial dalam narasi Alkitab, di mana Allah memberikan pilihan kepada Raja Daud setelah dosa sensus yang dilakukannya. Pilihan ini bukanlah tentang kebaikan atau keburukan, melainkan tentang cara menghadapi konsekuensi dari kesalahannya. TUHAN, melalui nabi Gad, menawarkan tiga jalan hukuman yang harus dipilih oleh Daud sendiri. Ini adalah ilustrasi kuat tentang bagaimana Allah, meskipun berdaulat, juga memberikan ruang bagi manusia untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka dan menghadapi dampaknya.

Tiga pilihan yang ditawarkan adalah: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari musuh, atau tiga hari penyakit sampar. Masing-masing membawa penderitaan yang berbeda, mempengaruhi seluruh negeri Israel. Di sini kita melihat sifat keadilan ilahi; hukuman itu proporsional dan menimpa secara luas sebagai cerminan dari betapa besarnya dampak dosa seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Namun, bahkan dalam menawarkan hukuman, Allah menunjukkan belas kasihan dengan memberikan pilihan, tidak menjatuhkan vonis secara sepihak tanpa kesempatan untuk respons.

Daud Memilih Belas Kasihan Allah

Reaksi Daud terhadap tawaran ini sangat penting. Ia tidak memilih jalan yang menurutnya paling mudah, melainkan ia memercayakan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Daud berkata dalam 1 Tawarikh 21:13, "Besarlah kesulitanku! Biarlah kiranya aku jatuh ke tangan TUHAN, karena sangat besar belas kasihan-Nya. Janganlah kiranya aku jatuh ke tangan manusia." Pilihan ini menunjukkan kedalaman imannya. Ia mengakui kebesaran dosa dan murka Allah, tetapi ia juga lebih yakin pada sifat kasih dan belas kasihan-Nya yang tak terbatas.

Dalam memilih jatuh ke tangan Tuhan, Daud berharap bahwa kemurahan hati ilahi akan lebih besar daripada hukuman yang adil. Ia sadar bahwa hukuman manusia seringkali keras dan tidak pandang bulu, sementara Allah memiliki kebijaksanaan dan kasih untuk mengelola konsekuensi dosanya dengan cara yang, meskipun menyakitkan, mungkin memiliki tujuan penebusan yang lebih besar. Pilihan ini bukan tentang menghindari hukuman sama sekali, tetapi tentang memilih bagaimana dan kepada siapa penderitaan itu diserahkan.

Implikasi Teologis dan Spiritual

Kisah ini mengajarkan beberapa kebenaran penting. Pertama, bahwa dosa, bahkan yang dilakukan oleh orang yang dekat dengan Allah, memiliki konsekuensi. Kedua, Allah adil dan akan mendisiplinkan umat-Nya, tetapi disiplin-Nya selalu disertai dengan kasih dan tujuan. Ketiga, respons manusia terhadap kesulitan dan hukuman adalah kunci. Pilihan Daud mencerminkan iman yang matang—memahami sifat Allah yang adil sekaligus Maha Pengasih.

Dalam kehidupan rohani, kita sering dihadapkan pada pilihan yang sulit, baik sebagai akibat dari kesalahan kita sendiri maupun karena keadaan yang di luar kendali. Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu melihat kepada Allah, sumber belas kasihan terbesar. Memilih untuk menyerahkan masalah dan konsekuensi kita kepada-Nya, dengan iman bahwa Dia akan mengolahnya untuk kebaikan, adalah tindakan ketaatan dan kepercayaan yang mendalam. Ini bukan berarti kita bebas dari penderitaan, tetapi bahwa dalam penderitaan itu, kita tidak sendirian, dan campur tangan Allah adalah harapan terbaik kita.