Dan Obed-Edom mempunyai empat anak laki-laki: Semaya, anak sulung; Yehozabad, anak kedua; Yeha, anak ketiga; dan Natanael, anak keempat.
Ayat-ayat seperti 1 Tawarikh 26:2, meskipun tampak sederhana, menyimpan pesan yang mendalam tentang pentingnya keteraturan dan penataan dalam pelayanan kepada Tuhan. Perikop ini menggambarkan bagaimana keturunan Obed-Edom, yang dikenal sebagai penjaga ambang pintu Bait Allah, dibagi menjadi beberapa kelompok yang memiliki tugas spesifik. Pembagian ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah sistem yang memastikan bahwa segala sesuatu berjalan lancar dan efisien dalam memelihara dan menjaga rumah Tuhan.
Dalam konteks sejarah Israel, Bait Allah adalah pusat kehidupan rohani dan fisik bangsa. Ia bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pemerintahan, pendidikan, dan komunitas. Oleh karena itu, kelancaran operasionalnya sangatlah krusial. Ayat 2 secara spesifik menyebut nama-nama anak Obed-Edom, menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peran yang dapat diidentifikasi, bahkan di antara anggota keluarga yang sama. Hal ini menggarisbawahi nilai setiap orang dalam menjalankan tugas yang dipercayakan.
Simbol visualisasi keteraturan dan harmoni dalam pelayanan.
Kisah ini juga mengajarkan tentang pentingnya meneruskan warisan dan tanggung jawab dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keturunan Obed-Edom melanjutkan tugas yang telah diemban oleh nenek moyang mereka. Dalam keluarga Kristen, hal ini dapat diartikan sebagai pentingnya mengajarkan nilai-nilai iman dan pelayanan kepada anak-anak kita, sehingga mereka pun dapat bertumbuh menjadi pribadi yang siap melayani Tuhan dan sesama.
Dalam skala yang lebih luas, 1 Tawarikh 26:2 menjadi pengingat bagi gereja dan komunitas rohani mana pun untuk terus berbenah diri. Apakah struktur pelayanan kita sudah efisien? Apakah setiap anggota jemaat memiliki kesempatan untuk berkontribusi sesuai dengan karunia yang diberikan Tuhan? Apakah kita telah menata diri dengan baik agar pelayanan kita dapat mencapai sasaran yang dikehendaki Tuhan? Ayat ini mendorong kita untuk tidak hanya bersemangat, tetapi juga memiliki hikmat dan tatanan yang baik.
Sebagai penutup, 1 Tawarikh 26:2 menekankan bahwa pelayanan kepada Tuhan tidak boleh dijalankan secara asal-asalan. Keberadaan nama-nama yang disebutkan dan pembagian tugas yang terperinci menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada detail dalam pekerjaan-Nya. Marilah kita belajar dari teladan ini untuk memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama-Nya, dengan hati yang teratur, bertanggung jawab, dan semangat yang tak pernah padam. Setiap tugas, sekecil apapun, memiliki nilai di mata Tuhan jika dilakukan dengan hati yang benar.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda dapat membaca 1 Tawarikh pasal 26 di Sabda.org.