"Lalu raja Asyur menduduki Libna, dan bersama-sama mereka bergerak maju ke Mekal. Ia berperang melawan Hizkia. Sesudah itu pulanglah tentara Asyur dari Yerusalem dan kembali ke Niniwe."
Ayat 2 Raja-Raja 18:17 merupakan kutipan penting yang mengisahkan salah satu babak krusial dalam invasi Asiria ke Kerajaan Yehuda. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Hizkia, seorang raja yang dikenal karena usahanya dalam memperbaharui iman Israel dan memperkuat pertahanan Yerusalem. Ayat ini, meskipun ringkas, menyimpan makna historis dan teologis yang mendalam, memberikan gambaran tentang kekuatan militer Asiria yang formidable dan respon iman umat Tuhan.
Raja Asyur yang dimaksud dalam ayat ini adalah Sanherib, salah satu penguasa paling perkasa dalam sejarah Mesopotamia. Sanherib melanjutkan kebijakan ekspansionis ayahnya, Sargon II, dan menargetkan wilayah Levant. Penaklukan kota-kota seperti Libna dan pengepungan terhadap Yerusalem merupakan bagian dari kampanye militernya yang luas. Keberhasilan militer Asiria dalam menaklukkan kota-kota di wilayah Yehuda, termasuk yang disebutkan dalam ayat ini, menunjukkan supremasi militer mereka pada zaman itu. Pasukan Asiria terkenal dengan taktik perang mereka yang brutal dan efisien, serta kemampuan mereka dalam mengepung dan merebut kota-kota yang berbenteng.
Bagian "bersama-sama mereka bergerak maju ke Mekal" mungkin merujuk pada kota atau wilayah penting lainnya yang jatuh di bawah kekuasaan Asiria dalam perjalanan mereka. Deskripsi ini menggarisbawahi kemajuan tentara asing yang mengancam eksistensi Kerajaan Yehuda. Penulis Kitab Raja-Raja mencatat peristiwa ini bukan hanya sebagai fakta sejarah, tetapi juga sebagai bagian dari narasi ilahi tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui peristiwa-peristiwa sejarah untuk menegakkan kedaulatan-Nya dan menguji iman umat-Nya.
Peristiwa yang paling ditunggu-tunggu dan menjadi puncak ketegangan dalam catatan Kitab Raja-Raja pasal 18 dan 19 adalah pengepungan Yerusalem. Namun, ayat 17 ini memberikan jeda dalam narasi pengepungan itu sendiri, menjelaskan pergerakan pasukan Asiria ke berbagai lokasi sebelum akhirnya mereka memfokuskan serangan mereka pada ibu kota Yehuda. Pemberitaan tentang kemenangan-kemenangan awal Asiria ini tentu saja menimbulkan ketakutan dan kepanikan di antara penduduk Yerusalem.
Poin krusial dari ayat ini adalah penegasan bahwa setelah "berperang melawan Hizkia" dan menguasai beberapa wilayah, pasukan Asiria akhirnya "pulanglah tentara Asyur dari Yerusalem dan kembali ke Niniwe." Ini adalah detail yang sangat penting. Meskipun Sanherib berhasil menaklukkan banyak kota di Yehuda dan menyebabkan kerusakan yang signifikan, Yerusalem tidak jatuh. Penyelamatan Yerusalem dari kehancuran total ini adalah topik yang dibahas secara rinci dalam pasal-pasal berikutnya, di mana campur tangan ilahi melalui nabi Yesaya dan sebuah mukjizat yang dahsyat menjadi faktor penentu. Ayat 17 berfungsi sebagai jembatan yang membawa kita pada narasi tentang bagaimana Allah bertindak untuk melindungi kota pilihan-Nya dan umat-Nya, meskipun ancaman itu sangat nyata dan menakutkan. Peristiwa ini memperkuat keyakinan bahwa meskipun kekuatan manusia dan militer bisa sangat dominan, kedaulatan Tuhan tetaplah yang tertinggi.