"Sesungguhnya Aku mendatangkan malapetaka besar atas tempat ini dan atas penduduknya, yakni segala kutuk yang tertulis dalam kitab yang telah dibaca orang di hadapan raja Yehuda."
Ayat penting dari Kitab 2 Raja-raja pasal 22, ayat 17, membawa sebuah peringatan yang serius. Ayat ini merupakan bagian dari nubuat yang disampaikan oleh Hulda, seorang nabiah, kepada Raja Yosia dari Yehuda. Pada masa itu, Yosia adalah raja muda yang telah menunjukkan kesungguhan dalam memulihkan ibadah yang benar di kerajaan Yehuda. Ia memerintahkan perbaikan Bait Suci yang telah lama terlantar dan terbengkalai.
Ketika para pekerja sedang melakukan perbaikan di Bait Suci, mereka menemukan gulungan Kitab Taurat yang telah lama hilang. Penemuan ini sangatlah signifikan. Kitab itu kemudian dibacakan di hadapan Raja Yosia. Mendengar firman Tuhan yang tertulis di dalamnya, Yosia merobek pakaiannya, sebuah tanda kesedihan dan penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh leluhurnya dan bangsa Israel. Ia menyadari betapa jauhnya mereka telah menyimpang dari perjanjian dengan Allah.
Dalam keputusasaannya, Raja Yosia mengutus beberapa orang kepercayaannya, termasuk imam besar Hilkia, untuk mencari petunjuk dari Tuhan. Mereka diminta untuk bertanya kepada Tuhan mengenai apa yang harus dilakukan, terutama karena murka Allah tampaknya telah bangkit atas mereka akibat pelanggaran hukum-hukum-Nya.
Maka, para utusan itu pergi kepada Hulda, nabiah yang tinggal di Yerusalem. Hulda, yang diakui sebagai perantara firman Tuhan pada masa itu, menyampaikan pesan ilahi. Pesan inilah yang terkandung dalam 2 Raja-raja 22:17. Ia memperingatkan bahwa Allah akan mendatangkan malapetaka besar atas Yerusalem dan penduduknya. Malapetaka ini bukan sekadar kebetulan, melainkan adalah konsekuensi langsung dari ketidaktaatan mereka, "yakni segala kutuk yang tertulis dalam kitab yang telah dibaca orang di hadapan raja Yehuda."
Meskipun peringatan itu keras, ada bagian dari nubuat Hulda yang memberikan sedikit harapan. Dalam ayat-ayat berikutnya (2 Raja-raja 22:18-20), Hulda juga menyatakan bahwa karena Yosia merendahkan diri di hadapan Tuhan dan merobek pakaiannya dengan tulus, ia tidak akan menyaksikan malapetaka itu secara langsung. Ia akan dikumpulkan kepada leluhurnya dalam damai, sementara malapetaka akan terjadi setelah ia tiada. Ini menunjukkan bahwa hati yang tulus dan bertobat dapat membawa kelegaan, meskipun hukuman bagi bangsa tersebut tidak dapat dihindari sepenuhnya karena ketekunan mereka dalam kejahatan.
Ayat ini mengajarkan kita tentang keseriusan firman Tuhan dan konsekuensi dari ketidaktaatan. Penemuan Kitab Taurat dan respons Raja Yosia menyoroti pentingnya mendengarkan, memahami, dan menaati ajaran Tuhan. Peringatan Hulda adalah pengingat bahwa Allah adalah adil dan suci, dan dosa memiliki akibatnya. Namun, kasih karunia-Nya juga terlihat dalam memberikan kesempatan bertobat dan dalam memberikan kelegaan kepada mereka yang mencari-Nya dengan hati yang tulus.
Kisah ini menjadi pelajaran abadi mengenai pentingnya menjaga hubungan yang benar dengan Tuhan, menghargai firman-Nya, dan senantiasa merespons teguran-Nya dengan kerendahan hati. Kesetiaan Yosia dalam memulihkan ibadah, meskipun tidak sepenuhnya menghapuskan murka Allah atas dosa-dosa masa lalu, memberikan gambaran tentang bagaimana seorang pemimpin yang baik seharusnya bertindak.