"Dan Elisa berkata kepadanya: "Apakah yang dapat kulakukan bagimu? Beri tahulah aku, adakah sesuatu di rumahmu?" Jawabnya: "Hamba-Mu ini tidak punya apa-apa di rumah, kecuali sedikit minyak."
Kisah dari Kitab 2 Raja-Raja pasal 4, ayat 2, membuka tirai sebuah narasi yang menyentuh tentang iman, keputusasaan, dan campur tangan ilahi. Ayat ini memperkenalkan kita pada seorang wanita yang sedang menghadapi masa-masa tergelap dalam hidupnya. Ia adalah seorang janda, dan dalam konteks sosial saat itu, status janda seringkali berarti kerentanan ekonomi yang luar biasa. Hutang menjadi ancaman yang nyata, membayangi masa depan dirinya dan anak-anaknya.
Dalam keputusasaan, ia datang mencari pertolongan kepada Nabi Elisa. Permohonan yang ia ajukan menunjukkan betapa beratnya beban yang ia pikul. Ia mengakui apa yang ia miliki di rumahnya, sebuah pengakuan yang jujur tentang keterbatasan dirinya. Pengakuan itu, "Hamba-Mu ini tidak punya apa-apa di rumah, kecuali sedikit minyak," adalah inti dari situasi genting tersebut. Sedikit minyak itu, bagi kebanyakan orang, mungkin terlihat tidak berarti, bahkan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, kata-kata Elisa yang bertanya, "Apakah yang dapat kulakukan bagimu? Beri tahulah aku, adakah sesuatu di rumahmu?" bukanlah sekadar pertanyaan basa-basi. Ini adalah undangan untuk melihat lebih dalam dari sekadar keterbatasan materi. Elisa, yang diutus oleh Tuhan, mampu melihat potensi dan harapan di tempat yang paling tidak terduga. Ia tidak langsung menawarkan solusi finansial, melainkan menggali apa yang sebenarnya dimiliki oleh janda tersebut.
Respon sang janda sangatlah jujur dan rendah hati. Ia tidak menyembunyikan apa pun, mengakui kekosongan di rumahnya selain dari sisa minyak itu. Ini adalah momen krusial yang menguji imannya. Dalam situasi di mana harta benda menjadi pertaruhan, ia tetap berpegang pada kebenaran tentang kondisinya.
Kisah ini, yang dimulai dengan ayat 2 Raja-Raja 4:2, kemudian berlanjut menuju mukjizat yang luar biasa. Sedikit minyak yang tampaknya tidak berarti itu, ketika dipercayakan kepada tangan Tuhan melalui pelayanan Elisa, berubah menjadi sumber kelimpahan yang menakjubkan. Tuhan mampu mengubah yang sedikit menjadi banyak, yang tidak berarti menjadi berarti, dan yang sulit menjadi mungkin. Kisah ini mengajarkan kita bahwa di hadapan Tuhan, tidak ada masalah yang terlalu besar dan tidak ada sumber daya yang terlalu kecil untuk diubah menjadi solusi. Iman yang tulus, bahkan ketika dihadapkan pada kekurangan yang ekstrem, dapat membuka pintu bagi campur tangan ilahi yang melampaui pemahaman manusia.