"Baiklah ia memanggil suaminya, katanya: "Panggillah budak perempuan itu bersama-sama dengan aku, dan suaminya, supaya aku dapat berbicara kepada mereka."
Dalam momen keputusasaan, sang wanita Sunam datang kepada Elisa, dan pertanyaan Elisa kepadanya dalam ayat 22 ini, "Panggillah budak perempuan itu bersama-sama dengan aku, dan suaminya, supaya aku dapat berbicara kepada mereka," bukanlah sekadar formalitas. Ini adalah langkah awal dari serangkaian peristiwa yang menunjukkan campur tangan ilahi yang luar biasa. Permintaan Elisa untuk memanggil suami dan budak perempuan itu menunjukkan bahwa dia hendak mempersiapkan mereka untuk sebuah pengumuman penting, atau mungkin untuk menerima pesan yang dapat membawa pemulihan.
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya dukungan dan komunikasi dalam menghadapi tragedi. Elisa tidak membiarkan wanita itu sendirian dalam kesedihannya. Ia mengumpulkan keluarga inti (sang suami dan budak perempuan yang kemungkinan adalah bagian dari rumah tangga mereka) untuk bersama-sama mendengar dan menerima apa yang akan disampaikan. Ini adalah pengingat bahwa dalam masa-masa sulit, kebersamaan dan komunikasi terbuka sangatlah krusial.
Kisah yang mengikuti ayat 22 ini adalah salah satu mukjizat paling dramatis dalam Alkitab. Elisa, atas kuasa Tuhan, mengutus pelayannya, Gehazi, untuk berlari menjemput anak yang telah meninggal itu, dan kemudian Elisa sendiri mendatangi anak itu, berdoa, dan memulihkan hidupnya. Kehidupan sang anak dikembalikan, menjadi bukti nyata bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Mukjizat ini menegaskan kembali keilahian Elisa sebagai nabi Allah yang memiliki kuasa dari Yang Maha Kuasa.
Bagi kita di zaman modern, kisah ini memberikan pelajaran berharga. Pertama, tentang iman yang teguh. Wanita Sunam, meskipun dilanda duka, tetap datang mencari pertolongan kepada Elisa, menunjukkan kepercayaannya kepada janji dan kuasa Tuhan. Kedua, tentang kuasa doa dan campur tangan ilahi. Tuhan memiliki kuasa untuk memulihkan apa yang tampaknya telah hilang selamanya, termasuk kehidupan itu sendiri. Ketiga, tentang pentingnya dukungan komunitas. Elisa tidak hanya bertindak sendiri, tetapi melibatkan keluarga terdekat dalam momen penting ini.
Dengan demikian, 2 Raja-raja 4:22 bukan hanya sekadar sebuah ayat dalam narasi kuno, tetapi sebuah pintu gerbang menuju kisah kehidupan baru yang dijanjikan Tuhan. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa di tengah kegelapan kesedihan, pengharapan akan pemulihan selalu ada, asalkan kita terus percaya dan bersandar pada kekuatan yang lebih besar dari diri kita.