"Lalu turunlah ia dari situ, dan berjalan di atas rumah itu; sesudah itu ia berbaring di atas orang itu, dan telapak tangannya pada telapak tangannya, dan tubuhnya pada tubuhnya, kemudian ia merebah diri, dan anak itu bersin tujuh kali, lalu membuka matanya."
Kisah yang tertulis dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 4 ayat 35 ini membawa kita pada momen luar biasa yang dipenuhi dengan harapan dan keajaiban. Di tengah kesedihan dan keputusasaan, ada intervensi ilahi yang menghadirkan kehidupan kembali. Ayub, seorang anak yang semula tidak bernyawa, kini menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang jelas, di mana ia bersin tujuh kali dan membuka matanya. Peristiwa ini bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah gambaran kuat tentang kuasa Allah dalam memulihkan dan memberikan anugerah kehidupan baru.
Ayat ini menceritakan tentang seorang wanita Sunem yang berduka atas kematian anaknya. Melalui campur tangan Nabi Elia, kehidupan anak itu dikembalikan. Ketika Elia berbaring di atas anak itu, melakukan apa yang mungkin tampak seperti tindakan sederhana namun penuh iman, keajaiban terjadi. Tujuh kali bersin mungkin merupakan tanda penting dalam konteks budaya dan keyakinan saat itu, menunjukkan bahwa proses pemulihan sedang berlangsung secara aktif. Pembukaan mata sang anak adalah bukti nyata bahwa kehidupan telah kembali kepadanya.
Apa yang bisa kita pelajari dari kejadian ini? Pertama, ini menegaskan bahwa Allah memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Bahkan dalam situasi yang paling kelam sekalipun, di mana harapan seolah telah padam, Allah sanggup memulihkan dan memberikan kehidupan. Ini menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi kita yang mungkin sedang menghadapi ujian dan kehilangan dalam hidup.
Kedua, ayat ini menekankan pentingnya iman dan kepatuhan. Wanita Sunem menunjukkan imannya dengan mencari pertolongan Nabi Elia, dan Elia pun bertindak dengan iman dalam menjalankan perintah Allah. Tindakan Elia yang merebah diri pada anak itu, meski terlihat tidak konvensional, adalah sebuah bentuk kepatuhan total terhadap petunjuk ilahi. Dalam kehidupan kita, seringkali kita diminta untuk bertindak dengan iman, bahkan ketika alasannya tidak sepenuhnya kita pahami, percaya bahwa Allah akan bekerja melalui tindakan kita.
Ketiga, peristiwa ini melambangkan pemulihan yang lebih dalam. Kehidupan fisik yang dikembalikan hanyalah satu aspek dari pemulihan yang lebih besar. Kisah ini juga berbicara tentang pemulihan dari kesedihan, keputusasaan, dan rasa kehilangan. Ketika kehidupan dikembalikan, bukan hanya tubuh yang hidup kembali, tetapi juga sukacita dan harapan yang sempat hilang. Ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak hanya peduli pada kesejahteraan fisik kita, tetapi juga pada keadaan emosional dan spiritual kita.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat 2 Raja-raja 4:35 seringkali dilihat sebagai gambaran awal dari pemulihan yang lebih besar yang akan datang melalui kedatangan Mesias. Kehidupan baru yang diberikan kepada anak itu adalah bayangan dari kehidupan kekal yang dijanjikan kepada mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Sama seperti anak itu dihidupkan kembali dari kematian, Kristus sendiri bangkit dari kematian, memberikan harapan penebusan dan kehidupan abadi kepada seluruh umat manusia.
Mari kita renungkan ayat ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita dihadapkan pada kesulitan, ingatlah bahwa Allah adalah Allah yang mampu memulihkan. Ketika kita merasa putus asa, ingatlah bahwa Dia dapat memberikan kehidupan baru. Dengan iman dan kepatuhan, kita dapat melihat karya-Nya yang luar biasa dalam hidup kita, membawa pemulihan, sukacita, dan harapan yang tak tergoyahkan. Keajaiban di Sunem adalah pengingat abadi akan kesetiaan dan kuasa Allah yang bekerja dalam kehidupan orang-orang yang mengandalkan-Nya.