2 Samuel 3:33

"Maka raja Daud menyanyikan ratapan atas Abner, katanya: 'Apakah Abner harus mati seperti orang dungu? Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak terpasang belenggu; engkau rebah seperti orang rebah karena menghadapi musuh.'"

Ayat ini dari Kitab 2 Samuel pasal 3, ayat ke-33, mencatat sebuah momen yang mendalam setelah kematian Abner, seorang panglima perang yang kuat dan pemimpin militer dari suku Israel. Raja Daud, yang saat itu sedang berusaha mempersatukan kembali kerajaan yang terpecah, menyatakan kesedihan dan penyesalannya yang tulus atas cara Abner meninggal.

PERLAWANAN & KEDAMAIAN Sebuah metafora visual mengenai konflik yang berakhir, namun menyisakan duka.
Visualisasi metaforis tentang perjalanan Abner dan dampaknya.

Makna Kesedihan Raja Daud

Ucapan Daud di sini bukan sekadar formalitas seorang raja. Ini adalah ungkapan kesedihan yang mendalam atas kematian yang tidak sepatutnya dialami oleh seorang pejuang sekaliber Abner. Perkataan "Apakah Abner harus mati seperti orang dungu? Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak terpasang belenggu" menunjukkan bahwa Abner tidak gugur dalam pertempuran yang gagah berani melawan musuh yang jelas, melainkan ia terbunuh dalam keadaan yang dianggapnya aman, kemungkinan besar akibat pengkhianatan.

Kematian Abner terjadi setelah ia meninggalkan Saul dan pindah ke pihak Daud. Perjalanannya ke Hebron untuk berdamai dengan Daud dicegat dan ia dibunuh oleh Yoab, panglima perang Daud sendiri, sebagai balas dendam atas kematian saudara laki-laki Yoab, yaitu Asahel, yang terbunuh oleh Abner dalam pertempuran di masa lalu. Daging Daud, meskipun ia adalah raja yang sah, masih terpecah antara kesetiaannya pada keluarga dan kepentingannya untuk menjaga stabilitas kerajaan yang rapuh.

Dampak Kematian Abner

Daud menunjukkan kebijaksanaan dan keadilan yang luar biasa. Ia tidak hanya melarang pasukannya untuk ikut bersukacita atas kematian musuh, tetapi ia juga secara terbuka meratapi Abner, bahkan memimpin prosesi pemakaman yang agung. Ia juga mengutuk pembunuhan Abner oleh Yoab, meskipun ia menyadari betapa pentingnya Yoab bagi kekuatannya militer.

Tindakan Daud ini sangat strategis. Dengan meratapi Abner, ia menunjukkan kepada seluruh bangsa Israel, khususnya suku-suku yang masih ragu-ragu, bahwa ia adalah pemimpin yang adil, yang menghargai setiap nyawa dan tidak mentolerir pembunuhan tanpa alasan. Ia ingin membangun citra sebagai raja yang mempersatukan, bukan raja yang memecah belah melalui kekerasan yang tidak perlu. Kesedihan Daud atas Abner menjadi simbol penting dari upayanya untuk membawa kedamaian dan rekonsiliasi ke dalam kerajaan yang bergolak.