2 Tawarikh 1:4 - Hikmat dan Kemuliaan Allah

"Dan tabernakel Allah yang dibuat Musa di padang gurun, dan tabut Allahnya, ada di sana di atas gunung Sion."

Simbol Tabernakel dan Kemuliaan

Ayat 2 Tawarikh 1:4 membawa kita kembali ke masa awal bangsa Israel, sebuah periode yang kaya akan peristiwa spiritual dan pembangunan fisik yang memiliki makna mendalam. Ayat ini menyebutkan dua elemen penting: Tabernakel yang dibuat oleh Musa di padang gurun, dan Tabut Allah yang kemudian berada di Gunung Sion.

Tabernakel bukanlah sekadar bangunan sementara. Ia adalah tempat kediaman Allah di antara umat-Nya, sebuah pusat ibadah yang menjadi pengingat konstan akan kehadiran ilahi. Desainnya yang rumit, instruksi pembuatannya yang detail, semuanya menunjukkan betapa seriusnya Allah dalam berhubungan dengan umat-Nya. Di dalam Tabernakel terdapat ruang Maha Kudus, tempat Tabut Perjanjian disimpan, yang melambangkan hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Kehadiran Tabernakel di tengah kemah-kemah bangsa Israel saat mereka mengembara di padang gurun adalah sumber penghiburan, arahan, dan perlindungan.

Kemudian, ayat ini menyatakan bahwa Tabut Allah ada di Gunung Sion. Perpindahan Tabut dari lokasi sebelumnya ke Sion, yang kemudian menjadi pusat kekuasaan Daud dan pusat spiritual kerajaan Israel, menandai sebuah perkembangan penting. Sion bukan hanya sebuah benteng militer, tetapi juga menjadi gunung kudus Allah. Ini menunjukkan bahwa kehadiran ilahi kini semakin terpusat dan dikaitkan dengan kekuasaan raja yang dipilih Allah. Raja Daud sendiri sangat merindukan membawa Tabut ke Yerusalem, kota yang ia dirikan, sebagai wujud penyerahan diri dan pengakuan bahwa Allah adalah Raja di atas segala raja.

Konteks dari ayat ini adalah ketika raja Salomo memohon hikmat kepada Allah. Allah menampakkan diri kepada Salomo di Gibeon, tempat di mana umat Israel masih melakukan persembahan di sana di sebuah mezbah yang besar, sebelum Bait Suci dibangun. Keberadaan Tabernakel dan Tabut di Gunung Sion (meskipun pada saat itu Salomo belum memindahkan Tabut secara resmi ke Yerusalem setelah pembangunan Bait Suci) mengingatkan kita pada fondasi perjanjian dan kehadiran Allah yang mendasari seluruh kehidupan bangsa Israel. Permohonan Salomo akan hikmat adalah permohonan untuk dapat memerintah sesuai dengan kehendak Allah, dan ini erat kaitannya dengan pengakuan akan kekudusan dan kehadiran Allah yang diwakili oleh Tabernakel dan Tabut.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai kehadiran Allah dalam hidup kita. Sama seperti bangsa Israel yang membawa Tabernakel dan kemudian menempatkan Tabut di Sion, kita pun dipanggil untuk memusatkan hati kita kepada Allah. Hikmat sejati tidak dapat dipisahkan dari rasa hormat dan takut akan Tuhan. Keberadaan Tabernakel dan Tabut di Gunung Sion mengingatkan kita bahwa Allah tidak hanya hadir, tetapi juga berkuasa dan memimpin umat-Nya. Ini adalah ajaran yang relevan hingga kini, di mana kita dipanggil untuk membangun "tabernakel" dalam hati kita, mengakui kehadiran-Nya, dan memohon hikmat-Nya untuk menavigasi kehidupan.