Ayat 2 Tawarikh 10:2 menjadi titik krusial dalam narasi Kitab Suci, menandai kembalinya Yerobeam bin Nebat dari pengasingannya di Mesir. Kepergian Yerobeam sebelumnya merupakan respons terhadap ancaman Raja Salomo yang mengetahui rencananya untuk merebut takhta. Kini, setelah kematian Salomo dan naik tahtanya Rehabeam, putra Salomo, suasana politik di Israel mulai bergejolak. Kembalinya Yerobeam bukanlah sekadar kepulangan pribadi, melainkan sebuah momentum yang akan membentuk kembali lanskap politik dan spiritual bangsa Israel.
Dalam konteks sejarah, kembalinya Yerobeam dari Mesir adalah simbol dari perubahan besar yang akan segera terjadi. Mesir, pada masa itu, sering kali diasosiasikan dengan kekuatan asing dan alternatif dari pemerintahan di bawah anugerah Allah. Namun, bagi Yerobeam, Mesir menjadi tempat perlindungan dan mungkin juga tempat ia mengumpulkan dukungan serta merencanakan langkah selanjutnya. Kepergiannya dari Israel mencerminkan ketidakstabilan yang telah muncul bahkan di bawah pemerintahan Salomo yang bijaksana, namun menjadi lebih kentara seiring pergantian generasi kepemimpinan.
Keberadaan Yerobeam di Mesir selama masa sulit ini memberinya perspektif yang berbeda. Ia melihat kemungkinan-kemungkinan baru dan mungkin juga strategi yang berbeda dari apa yang ada di Israel. Ketika ia mendengar tentang kematian Salomo, ia menyadari bahwa kesempatan untuk kembali dan memainkan peran penting dalam urusan Israel telah terbuka lebar. Ayat ini mempersiapkan pembaca untuk peristiwa-peristiwa dramatis yang akan mengikuti, yaitu perpecahan kerajaan Israel menjadi dua bagian: Kerajaan Israel di utara di bawah kepemimpinan Yerobeam, dan Kerajaan Yehuda di selatan yang dipimpin oleh Rehabeam.
Peristiwa ini memiliki implikasi teologis yang mendalam. Allah, melalui nabi Ahia, telah menubuatkan bahwa Kerajaan Israel akan terpecah karena kesombongan dan kegagalan Salomo dalam mengikuti perintah Allah sepenuhnya. Yerobeam adalah alat yang dipilih Allah untuk melaksanakan sebagian dari nubuat itu. Kembalinya dari Mesir menandai dimulainya pelaksanaan takdir ini, sebuah jalan yang akan membawa bangsa Israel melalui masa-masa ujian, perpecahan, dan tantangan spiritual yang signifikan. Ayat ini, meskipun singkat, membuka pintu kepada pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana keputusan manusia dan campur tangan ilahi saling berinteraksi dalam membentuk sejarah bangsa pilihan.
Perlu dicatat bahwa kembalinya Yerobeam ini bukan hanya tentang perebutan kekuasaan politik. Ini adalah awal dari perubahan teologis yang akan membawa bangsa Israel menjauh dari penyembahan kepada TUHAN di Yerusalem. Yerobeam kemudian mendirikan tempat ibadah alternatif di utara kerajaan, dengan anak lembu emas sebagai objek pemujaan, yang secara fundamental mengubah arah spiritualitas bangsa Israel. Oleh karena itu, 2 Tawarikh 10:2 bukan sekadar catatan sejarah kepulangan seseorang, melainkan penanda dimulainya episode baru yang penuh dengan konsekuensi spiritual dan historis bagi seluruh bangsa Israel.