2 Tawarikh 12 16: Hati yang Benar di Hadapan Tuhan

"Dan Rehabeam menempatkan hatinya untuk mencari TUHAN."

Ayat 2 Tawarikh 12:16 mengingatkan kita pada sebuah momen krusial dalam kehidupan Raja Rehabeam, seorang raja dari Yehuda. Frasa yang terukir dalam ayat ini, "Dan Rehabeam menempatkan hatinya untuk mencari TUHAN," bukanlah sekadar pernyataan pasif, melainkan sebuah tindakan yang sarat makna. Ini adalah deklarasi hati yang teguh untuk berorientasi pada Allah, bahkan di tengah tekanan dan godaan.

Kehidupan Rehabeam, seperti banyak pemimpin lainnya, tidak lepas dari tantangan. Setelah kematian Salomo, kerajaannya terpecah belah. Sepuluh suku memberontak dan membentuk kerajaan utara Israel, sementara Yehuda dan Benyamin tetap setia padanya. Situasi ini tentu saja penuh dengan ketidakpastian, potensi konflik, dan godaan untuk mencari kekuatan dari sumber-sumber duniawi atau bahkan bersekutu dengan bangsa-bangsa yang menyembah berhala. Namun, di tengah kompleksitas dan gejolak tersebut, Rehabeam membuat sebuah pilihan fundamental: memfokuskan hatinya pada Tuhan.

Apa artinya "menempatkan hati untuk mencari TUHAN"? Ini menyiratkan sebuah kesengajaan, sebuah dedikasi penuh. Ini bukan sekadar ucapan bibir atau ritual keagamaan yang dangkal. Mencari Tuhan dengan sepenuh hati berarti mengarahkan pikiran, keinginan, dan seluruh keberadaan kita kepada-Nya. Ini adalah tentang membuat Tuhan sebagai prioritas utama dalam setiap keputusan, setiap langkah, dan setiap tantangan yang dihadapi.

Dalam konteks 2 Tawarikh 12, kita melihat bahwa setelah invasi oleh Sisak, raja Mesir, yang menjarah kota Yerusalem dan merampas harta benda Bait Allah, Rehabeam dan para pemimpin Yehuda merendahkan diri. Ayat sebelumnya menceritakan bagaimana nabi Semaya dan Ido mengingatkan mereka akan konsekuensi dari meninggalkan Tuhan. Respons Rehabeam dan para pemimpinnya yang kemudian "menempatkan hatinya untuk mencari TUHAN" menunjukkan bahwa mereka belajar dari kesalahan mereka. Mereka menyadari bahwa kekuatan dan keamanan sejati datang dari ketaatan kepada Tuhan, bukan dari kekayaan materi atau kekuatan militer semata.

Pilihan Rehabeam ini memiliki dampak jangka panjang. Meskipun perjalanannya tidak selalu mulus, penekanan pada mencari Tuhan ini menjadi fondasi bagi stabilitas dan pemulihan Yehuda. Ayat ini mengajak kita untuk merefleksikan prioritas kita. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh gangguan ini, seberapa sering kita benar-benar "menempatkan hati kita untuk mencari TUHAN"? Apakah kita cenderung mencari solusi dari masalah kita pada sumber-sumber eksternal, ataukah kita pertama-tama berpaling kepada-Nya, sumber segala hikmat dan kekuatan?

Tuhan selalu merespons hati yang mencari-Nya dengan tulus. Kesediaan Rehabeam untuk mengarahkan hatinya kepada Tuhan, meskipun ia pernah melakukan kesalahan, adalah pelajaran berharga. Ia menunjukkan bahwa setiap orang, termasuk para pemimpin, memiliki kesempatan untuk berbalik dan mengutamakan hubungan dengan Sang Pencipta. Ayat ini adalah pengingat yang kuat bahwa komitmen hati yang sejati kepada Tuhan adalah kunci untuk menghadapi kehidupan dengan keberanian, hikmat, dan kedamaian sejati.