Simbol visual dari kesesatan yang mengarah pada konsekuensi.
Ayat 2 Tawarikh 12:3, "Dan Rehabeam serta seluruh Israel mengikutinya dalam kebodohan, sehingga mereka tidak lagi mendengarkan firman TUHAN," menyajikan momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel. Ayat ini tidak hanya mencatat sebuah peristiwa, tetapi juga menggambarkan sebuah pola yang sering kali berulang: pengabaian terhadap firman ilahi berujung pada kebodohan dan keterlepasan dari bimbingan Tuhan.
Setelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua: Kerajaan Yehuda di selatan yang dipimpin oleh Rehabeam (putra Salomo) dan Kerajaan Israel di utara yang dipimpin oleh Yerobeam. Perpecahan ini sendiri merupakan buah dari kebijakan dan kekerasan yang tidak bijaksana. Dalam konteks ayat ini, Rehabeam dan rakyatnya (khususnya di Kerajaan Yehuda, meskipun seringkali istilah "Israel" digunakan secara umum) tampaknya sedang membuat pilihan yang salah. Istilah "mengikutinya dalam kebodohan" mengindikasikan sebuah tindakan kolektif yang tidak didasarkan pada hikmat atau ketaatan kepada Tuhan.
Firman Tuhan adalah peta dan kompas bagi umat-Nya. Ketika individu atau bangsa memilih untuk tidak lagi mendengarkannya, mereka berada dalam posisi yang sangat rentan. Kebodohan yang dimaksud di sini bukanlah kurangnya kecerdasan intelektual, melainkan kebodohan rohani. Ini adalah ketidakmampuan untuk melihat realitas sebagaimana adanya di hadapan Tuhan, ketidakmampuan untuk memahami konsekuensi jangka panjang dari tindakan yang menyimpang dari kehendak-Nya.
Tindakan seperti itu sering kali didorong oleh keinginan pribadi, tekanan sosial, atau bahkan penyembahan berhala yang terselubung. Ketika hati terlepas dari tuntunan ilahi, ia menjadi mudah terombang-ambing oleh berbagai pengaruh duniawi. Ketaatan kepada Tuhan bukan sekadar ritual, tetapi sebuah pola hidup yang terintegrasi, di mana setiap keputusan dan tindakan dipertimbangkan di bawah terang firman-Nya.
Sejarah Kerajaan Israel dan Yehuda adalah bukti nyata dari konsekuensi pengabaian firman Tuhan. Keterlepasan dari bimbingan ilahi seringkali berujung pada kemerosotan moral, ketidakstabilan politik, serangan dari musuh, dan akhirnya pembuangan. Ayat ini menjadi pengingat yang kuat bahwa kemakmuran dan kedamaian sejati hanya dapat dicapai ketika sebuah bangsa, dan setiap individu di dalamnya, berkomitmen untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kekal yang diwahyukan oleh Tuhan.
Kisah Rehabeam dan Israel dalam kebodohan ini mengajarkan bahwa memilih untuk tidak mendengar suara Tuhan adalah memilih jalan yang penuh bahaya. Jalan tersebut bukan hanya mengarah pada kehancuran diri sendiri, tetapi juga dapat membawa penderitaan bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga telinga hati kita tetap terbuka terhadap firman Tuhan, agar kita dapat berjalan dalam terang-Nya dan mengalami kedamaian serta berkat yang sejati.