2 Tawarikh 15:19

"Dan tidak ada lagi perang sampai tahun kelima belas pemerintahan raja Asa."

PERDAMAIAN

Ayat penutup dari pasal 15 dalam Kitab 2 Tawarikh ini menutup sebuah periode penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan Raja Asa. Ayat 2 Tawarikh 15:19 bukanlah sekadar pernyataan historis tanpa makna, melainkan sebuah kesaksian tentang dampak luar biasa dari kesetiaan yang mendalam kepada Tuhan. Ayat ini menegaskan bahwa setelah serangkaian reformasi rohani yang signifikan dan kemenangan yang diberikan Tuhan, Kerajaan Yehuda menikmati masa damai yang panjang, yaitu selama 35 tahun pemerintahan Raja Asa.

Untuk memahami kedalaman berkat yang dinyatakan dalam ayat ini, kita perlu melihat konteks sebelumnya. Raja Asa adalah salah satu raja Yehuda yang berusaha mengembalikan umat untuk beribadah hanya kepada Tuhan. Ia menyingkirkan mezbah-mezbah asing, menghancurkan berhala-berhala, dan mendorong rakyat untuk berpegang teguh pada hukum dan perintah Tuhan. Puncak dari usahanya adalah pada tahun ke-15 pemerintahannya, di mana ia bahkan menyingkirkan ibunya sendiri dari kedudukannya karena ia menyembah dewi Asyera.

Reformasi yang dipimpin oleh Raja Asa ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual. Ia memanggil seluruh penduduk Yehuda dan Benyamin, serta orang-orang dari Efraim, Manasye, dan Simeon yang mengungsi ke Yehuda karena melihat bahwa Tuhan menyertai Asa. Dalam pertemuan besar ini, seorang nabi bernama Azarya bin Obed memberikan dorongan kuat kepada Asa dan seluruh umat. Ia menyatakan bahwa Tuhan akan menyertai mereka selama mereka menyertai Dia. "Jika kamu mencari Dia, Ia berkenan ditemui kamu, tetapi jika kamu meninggalkan Dia, Ia akan meninggalkan kamu." (2 Tawarikh 15:2). Pernyataan ini adalah kunci yang membuka pemahaman kita tentang ayat penutup pasal ini.

Kepatuhan dan kesungguhan Asa dalam mencari Tuhan membuahkan hasil yang luar biasa. Tidak hanya Yerusalem menjadi pusat ibadah yang murni, tetapi Tuhan juga memberikan kemenangan besar melawan musuh-musuh mereka, seperti pasukan besar dari Etiopia yang dipimpin oleh Zerakh. Kemenangan ini bukan karena kekuatan militer Yehuda semata, melainkan karena pertolongan ilahi yang diberikan kepada umat yang taat. Setelah kemenangan besar ini, semangat bangsa itu terangkat, dan mereka semakin teguh dalam iman mereka.

Oleh karena itu, ketika 2 Tawarikh 15:19 menyatakan, "Dan tidak ada lagi perang sampai tahun kelima belas pemerintahan raja Asa," ini adalah konsekuensi langsung dari kesetiaan mereka kepada Tuhan. Damai yang mereka nikmati adalah berkat dari ketaatan. Ini menunjukkan bahwa hidup dalam ketaatan kepada Tuhan membawa perlindungan, stabilitas, dan kemakmuran. Masa damai ini memungkinkan Raja Asa untuk terus membangun dan memperkuat kerajaannya, fokus pada kesejahteraan umatnya, dan memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan tanpa gangguan dari peperangan yang terus-menerus.

Kisah ini memberikan pelajaran yang sangat relevan bagi kita. Ketika kita memilih untuk mengutamakan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita, mencari Dia dengan sepenuh hati, dan hidup sesuai dengan firman-Nya, kita dapat mengalami kedamaian yang sesungguhnya. Kedamaian ini tidak hanya berarti absennya konflik eksternal, tetapi juga kedamaian batin yang berasal dari hubungan yang benar dengan Sang Pencipta. Ketaatan membawa berkat, dan berkat terbesar adalah kedekatan dengan Tuhan yang menghasilkan kedamaian abadi.

Kesetiaan kepada Tuhan adalah jalan menuju kedamaian yang bertahan lama.