2 Tawarikh 15:3

"Pada waktu yang lama Israel tanpa Allah yang benar, tanpa seorang imam untuk mengajar, dan tanpa hukum."

Kebenaran Hukum Pengajaran Allah yang Benar

Ayat dari kitab 2 Tawarikh pasal 15 ayat 3 ini menggambarkan sebuah kondisi yang sangat menyedihkan bagi bangsa Israel. Pernyataan "Pada waktu yang lama Israel tanpa Allah yang benar, tanpa seorang imam untuk mengajar, dan tanpa hukum" menjadi saksi bisu dari sebuah masa kelam di mana fondasi spiritual dan moral bangsa tersebut telah runtuh. Keberadaan Allah yang benar, yang seharusnya menjadi pusat kehidupan dan sumber kekuatan mereka, telah ditinggalkan. Ini bukan sekadar ketiadaan ritual, melainkan kekosongan hubungan pribadi dengan Sang Pencipta.

Ketiadaan seorang imam untuk mengajar juga menunjukkan kepincangan yang serius. Imam memiliki peran vital sebagai perantara antara Allah dan umat-Nya, serta sebagai penafsir hukum dan kebenaran ilahi. Tanpa bimbingan seorang imam yang setia, rakyat menjadi tersesat, bingung, dan mudah terpengaruh oleh ajaran sesat atau praktik-praktik yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Ajaran yang benar adalah kompas moral dan spiritual, dan ketika kompas itu hilang, arah hidup menjadi tak tentu.

Lebih lanjut, ayat ini menyoroti ketiadaan hukum. Hukum yang diberikan oleh Allah melalui Musa bukanlah sekadar seperangkat aturan yang membatasi, melainkan panduan hidup yang mencerminkan karakter dan kehendak-Nya. Hukum mengatur hubungan antar manusia, cara beribadah, dan standar keadilan. Tanpa hukum, masyarakat akan terjerumus ke dalam kekacauan, ketidakadilan merajalela, dan kehancuran moral tidak terhindarkan. Keadaan ini seringkali menjadi buah dari penyembahan berhala dan penolakan terhadap otoritas Allah.

Kondisi yang digambarkan dalam 2 Tawarikh 15:3 memberikan sebuah pelajaran berharga. Ini mengingatkan kita akan pentingnya memelihara hubungan yang akrab dengan Allah yang benar, mencari hikmat melalui pengajaran yang sehat, dan hidup sesuai dengan kebenaran hukum-Nya. Keterpisahan dari sumber kebenaran dan bimbingan ilahi hanya akan membawa kepada kehancuran, baik bagi individu maupun komunitas. Sebaliknya, ketaatan dan kesetiaan kepada Allah akan membawa berkat, kedamaian, dan keadilan yang langgeng.

Masa kelam tersebut pada akhirnya menjadi titik balik. Sejarah mencatat bahwa setelah periode kegelapan ini, umat Israel bangkit kembali, dipimpin oleh raja-raja yang memiliki semangat untuk memulihkan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Pemulihan ini dimulai dengan pengakuan dosa, pertobatan tulus, dan komitmen untuk kembali kepada jalan Allah. Ayat ini menjadi pengingat bahwa sekecil apapun kepulan asap ibadah yang benar, atau sekecil apapun upaya untuk kembali kepada hukum-Nya, selalu ada harapan untuk pemulihan spiritual.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa memeriksa diri, apakah kita telah meninggalkan atau mengabaikan Allah yang benar dalam kehidupan kita. Apakah kita terus mencari pengajaran yang membangun iman dan moral, dan apakah kita berusaha hidup sesuai dengan firman-Nya yang merupakan hukum kebenaran. 2 Tawarikh 15:3 adalah seruan untuk kembali kepada fondasi yang kokoh, yaitu hubungan yang benar dengan Allah, sumber segala kebaikan.