2 Tawarikh 18:15 - Nasihat yang Mendatangkan Kebinasaan

"Maka datanglah TUHAN membawa roh pendusta ke dalam mulut sekalian nabi-nabi tu ini, dan TUHAN telah berfirman yang jahat tentang engkau."

Kisah Raja Ahab dari Israel, sebagaimana dicatat dalam Kitab 2 Tawarikh pasal 18, memberikan pelajaran berharga tentang bahaya mendengarkan nasihat yang menyesatkan, terutama ketika nasihat itu datang dari sumber yang tampak memiliki otoritas atau disajikan dengan dalih kebenaran ilahi. Ayat 15 dari pasal ini menyoroti titik kritis dalam narasi tersebut, di mana Tuhan sendiri yang mengizinkan terjadinya kebohongan demi membawa penghakiman atas Ahab.

Dalam konteks pasal ini, Raja Ahab bersekutu dengan Raja Yosafat dari Yehuda untuk berperang melawan Aram di Ramot-Gilead. Ahab, yang dikenal jahat di mata Tuhan, memanggil nabi-nabinya untuk menanyakan apakah mereka harus pergi berperang. Para nabi ini, demi menyenangkan raja, memberikan jawaban yang positif dan meyakinkan, menyatakan bahwa Ahab akan menang. Namun, Yosafat merasa ada yang kurang, yaitu adanya nabi dari Tuhan.

Kemudian dipanggillah Mikha bin Yimla, seorang nabi yang jujur kepada Tuhan. Pada awalnya, Mikha, mungkin untuk menguji niat mereka, memberikan jawaban yang sarkastik, menyetujui apa yang dikatakan nabi-nabi lain. Namun, setelah didesak oleh raja, Mikha akhirnya menyampaikan pesan Tuhan yang sebenarnya: Israel akan kalah, dan Ahab akan mati di medan perang. Pesan ini sangat bertentangan dengan apa yang diinginkan Ahab dan nabi-nabinya.

Di sinilah ayat 15 masuk. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengirimkan "roh pendusta" ke dalam mulut para nabi yang melayani Ahab. Ini bukan berarti Tuhan mendorong kebohongan secara intrinsik, melainkan Dia menggunakan kebohongan mereka untuk menggenapi rencana penghakiman-Nya terhadap Ahab yang keras kepala dan menolak kebenaran. Para nabi tersebut, yang telah memilih untuk menyelaraskan diri dengan kehendak duniawi daripada kehendak ilahi, menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menipu Ahab ke dalam kehancurannya sendiri.

Pesan yang dapat diambil dari 2 Tawarikh 18:15 ini sangat relevan bagi kita. Pertama, kita harus berhati-hati terhadap siapa kita mendengarkan. Nasihat yang paling membahayakan adalah yang terdengar menyenangkan di telinga kita tetapi sebenarnya membawa kita menjauh dari kebenaran dan kehendak Tuhan. Seringkali, kita lebih suka mendengarkan apa yang ingin kita dengar daripada apa yang seharusnya kita dengar.

Kedua, ini mengingatkan kita akan kedaulatan Tuhan. Meskipun Dia tidak pernah mendorong kejahatan, Dia memiliki kendali penuh atas segala sesuatu, termasuk hati para nabi dan raja. Dia dapat menggunakan bahkan tindakan jahat manusia untuk mencapai tujuan-Nya yang adil. Namun, ini bukanlah alasan untuk berbuat dosa, melainkan dorongan untuk terus mencari kebenaran dan kesetiaan kepada Tuhan, agar kita tidak menjadi seperti Ahab yang tersesat dalam ilusi yang diciptakan oleh kebohongan.

Ketiga, pentingnya untuk selalu menguji setiap perkataan, termasuk yang datang dari orang-orang yang kita anggap berwibawa atau bahkan dari lingkungan rohani, dengan Firman Tuhan. Kebenaran firman-Nya adalah kompas kita. Nasihat yang mendatangkan kebinasaan seringkali dibungkus dengan tampilan kebenaran atau dukungan populer. Sebagaimana Yosafat meminta nabi Tuhan yang lain, kita pun perlu mencari suara Tuhan yang sejati, yang selalu selaras dengan ajaran Alkitab.

Representasi visual dari kebenaran yang kokoh (simbol centang hijau) dan kebohongan yang menyesatkan (simbol silang merah) di dalam lingkaran pelindung kebenaran.

Marilah kita terus teguh pada kebenaran, mencari hikmat dari sumber yang ilahi, dan waspada terhadap suara-suara yang menyesatkan yang dapat membawa kita pada kebinasaan, sebagaimana dialami oleh Raja Ahab.