"Lalu Mikha berkata: 'Sesungguhnya, engkau akan melihatnya pada hari itu, pada waktu engkau melarikan diri dan bersembunyi di dalam bilik yang paling terpencil.'"
Simbol perpecahan antara keyakinan dan kenyataan
Ayat 2 Tawarikh 18:24 mencatat sebuah momen dramatis yang terjadi di hadapan dua raja: Ahab dari Israel dan Yosafat dari Yehuda. Mereka sedang bersiap untuk berperang melawan Aram di Ramot-Gilead. Ahab, raja Israel, terkenal karena kesesatannya dan kecenderungannya untuk mengikuti nasihat para nabi palsu. Di sisi lain, Yosafat, raja Yehuda, adalah seorang raja yang berusaha hidup benar di hadapan Tuhan.
Sebelum berangkat ke medan perang, Yosafat meminta agar mereka terlebih dahulu mencari firman Tuhan. Ahab kemudian mengumpulkan sekitar empat ratus nabi, yang semuanya dengan serempak memberikan ramalan kemenangan. Mereka mengatakan, "Majulah ke Ramot-Gilead, engkau akan berhasil; TUHAN akan menyerahkannya ke tangan raja." Nubuatan ini terdengar meyakinkan, dipenuhi dengan kata-kata pujian dan kepastian. Namun, Yosafat merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia bertanya, "Adakah di sini seorang nabi TUHAN yang lain, yang dapat kita tanyai?"
Ahab mengakui adanya satu nabi lagi, yaitu Mikha bin Yimla, tetapi ia enggan memanggilnya karena Mikha selalu bernubuat buruk tentang dirinya. Meskipun demikian, atas desakan Yosafat, Ahab akhirnya mengutus seseorang untuk memanggil Mikha. Mikha, setelah dipanggil dan dihadapkan pada pertanyaan tentang apakah mereka harus maju ke perang, memberikan jawaban yang kontras dengan empat ratus nabi lainnya. Ia dengan tegas berkata, "Majulah dan kamu akan berhasil; TUHAN akan menyerahkan mereka ke tanganmu." Namun, nada suaranya begitu sarkastik sehingga para pelayan Ahab menyadarinya.
Ahab kemudian menyuruh mereka untuk bersumpah bahwa mereka hanya akan mengatakan kebenaran kepadanya dalam nama TUHAN. Menanggapi hal ini, Mikha akhirnya mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya. Ia melihat umat Israel terpencar di gunung-gunung, seperti domba yang tidak memiliki gembala. Di sinilah keluar ucapan yang menjadi inti dari ayat ini: "Lalu Mikha berkata: 'Sesungguhnya, engkau akan melihatnya pada hari itu, pada waktu engkau melarikan diri dan bersembunyi di dalam bilik yang paling terpencil.'"
Ucapan Mikha ini merupakan nubuat tentang kekalahan dan kematian Ahab. Ia menggambarkan situasi di mana Ahab akan membutuhkan tempat persembunyian yang paling terpencil untuk melarikan diri dari musuh. Ini adalah gambaran yang sangat berbeda dari kemenangan gemilang yang dijanjikan oleh para nabi palsu. Mikha juga mengungkapkan bagaimana roh kebohongan bekerja. Ia menceritakan bahwa TUHAN telah menempatkan roh dusta ke dalam mulut nabi-nabi Ahab, sehingga mereka lebih memilih untuk menyenangkan raja dengan kebohongan daripada menyampaikan kebenaran ilahi.
Kisah ini menekankan perbedaan fundamental antara kebenaran yang datang dari Tuhan dan kebohongan yang dicari untuk kesenangan telinga. Para nabi palsu berbicara apa yang ingin didengar Ahab, yang membuat mereka populer dan aman. Sebaliknya, Mikha, meskipun menghadapi ancaman dan kemarahan, memilih untuk menyampaikan pesan yang pahit namun benar dari Tuhan. Ayat 2 Tawarikh 18:24 menjadi pengingat penting bagi kita bahwa kebenaran, meskipun terkadang sulit dan tidak populer, pada akhirnya adalah yang terpenting. Kebohongan, sekecil apapun atau seindah apapun kedengarannya, hanya akan membawa kehancuran. Pemilihan kita untuk mendengarkan dan mengikuti kebenaran, bahkan ketika itu tidak nyaman, sangatlah krusial dalam menjalani kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan.