2 Tawarikh 18:7

2 Tawarikh 18:7: Kebenaran dan Pengaruh Persahabatan

"Tetapi Yosafat berkata: 'Tidakkah ada lagi di sini seorang nabi TUHAN, yang dapat kita tanyai?'"

Ayat ini berasal dari Kitab 2 Tawarikh pasal 18, ayat ke-7. Dalam konteksnya, Raja Yosafat dari Yehuda sedang berada di Samaria, mengunjungi Raja Ahab dari Israel. Kunjungan ini menandai sebuah aliansi politik antara kedua kerajaan, yang sering kali memiliki hubungan yang tegang sebelumnya. Namun, momen penting dalam ayat ini adalah ketika Yosafat dengan tegas menanyakan keberadaan nabi TUHAN.

Konteks Historis dan Situasi

Pada saat itu, Raja Ahab sedang mempersiapkan diri untuk berperang melawan Aram. Raja Yosafat, meskipun seorang raja yang saleh, tampaknya terperangkap dalam dinamika politik dan bujukan Ahab. Ahab, yang dikenal sebagai raja yang jahat dan banyak mendorong penyembahan berhala di Israel, telah mengumpulkan para nabi palsu yang jumlahnya sangat banyak. Para nabi ini, yang jumlahnya empat ratus orang, semuanya siap untuk memberikan ramalan yang menyenangkan telinga Ahab, memprediksi kemenangan dalam pertempuran.

Pertanyaan Krusial Yosafat

Di tengah-tengah gemuruh para nabi palsu yang berseru-seru dengan serempak, Yosafat merasakan adanya kekosongan. Ia tidak puas hanya mendengarkan suara-suara yang cenderung menyenangkan penguasa. Pertanyaannya yang sederhana namun mendalam, "Tidakkah ada lagi di sini seorang nabi TUHAN, yang dapat kita tanyai?", menunjukkan kerinduannya akan kebenaran ilahi. Ia mencari suara yang otentik, yang berasal dari TUHAN, bukan sekadar pandangan manusia yang dipengaruhi oleh keinginan duniawi.

Pelajaran tentang Pengaruh dan Persahabatan

Ayat ini mengajarkan banyak hal penting tentang pengaruh dan persahabatan. Pertama, ia menyoroti pentingnya memiliki teman yang saleh dan bijaksana. Yosafat, meskipun memiliki niat baik, berada dalam lingkungan yang dikuasai oleh penyesatan. Kunjungannya ke Israel dan kedekatannya dengan Ahab menunjukkan betapa mudahnya seorang yang baik terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Ini menjadi peringatan bagi kita untuk berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan, karena mereka memiliki kekuatan besar untuk membentuk pandangan dan keputusan kita.

Kedua, ayat ini menekankan pentingnya mencari kebenaran ilahi, bahkan ketika itu sulit atau tidak populer. Yosafat tidak mau mengambil keputusan penting berdasarkan ramalan palsu. Ia sadar bahwa hanya nabi TUHAN yang dapat memberikan nasihat yang sejati dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini mengajarkan kita untuk selalu mencari hikmat dari sumber yang benar, yaitu Firman Tuhan, melalui doa dan perenungan, bukan hanya mendengarkan pendapat umum atau nasihat yang bersifat sementara.

Menemukan Suara Kebenaran

Untungnya, dalam cerita ini, Yosafat tidak dibiarkan tanpa jawaban. Ia diberitahu tentang Mikha bin Yimla, seorang nabi yang meskipun seringkali berbicara tentang hal-hal buruk bagi Ahab, adalah nabi sejati dari TUHAN. Perbedaan antara para nabi palsu dan Mikha bin Yimla terletak pada sumber pesan mereka. Para nabi palsu berbicara dari diri mereka sendiri, mencari muka di hadapan raja, sementara Mikha berbicara atas nama TUHAN.

Kisah ini menginspirasi kita untuk tidak pernah berhenti mencari kebenaran. Dalam dunia yang penuh dengan berbagai macam informasi dan pandangan, sangatlah penting untuk membedakan mana suara kebenaran dan mana suara penyesatan. Seperti Yosafat, kita dipanggil untuk memiliki keberanian bertanya, untuk menolak nasihat yang meragukan, dan untuk mencari bimbingan dari Sumber yang tidak pernah salah.