2 Tawarikh 24 6: Umat Tuhan dan Kasih Setia-Nya
"Lalu raja Yoas memerintahkan para imam, keturunan Lewi, supaya mereka pergi ke seluruh Yehuda dan memungut dari seluruh Israel persepuluhan yang ditentukan Musa, hamba TUHAN, bagi mereka, agar Bait TUHAN dapat diperbaiki."Ayat 2 Tawarikh 24:6 ini membawa kita pada sebuah momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, khususnya pada masa pemerintahan Raja Yoas. Setelah masa kegelapan dan penyembahan berhala yang merajalela di bawah pengaruh Atalya, muncul secercah harapan ketika Yoas diangkat menjadi raja. Namun, salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah kondisi Bait Suci yang terbengkalai dan rusak. Keadaan ini bukan hanya masalah fisik, tetapi juga mencerminkan kondisi spiritual umat dan para pemimpin mereka.
Perintah Raja Yoas kepada para imam dan orang Lewi untuk memungut persepuluhan dari seluruh Israel adalah sebuah tindakan yang berani dan visioner. Ini menunjukkan pemahaman mendalam mengenai pentingnya Bait Suci sebagai pusat ibadah dan persekutuan dengan Tuhan. Persepuluhan, yang telah ditetapkan oleh Musa, adalah sumber daya finansial yang seharusnya dialokasikan untuk pemeliharaan ibadah dan kehidupan para pelayan Tuhan. Namun, tampaknya dalam masa-masa sebelumnya, dana ini tidak dikelola dengan baik atau bahkan disalahgunakan.
Tindakan Yoas ini bukan sekadar tentang pengumpulan dana. Ini adalah seruan untuk kembali kepada ketaatan kepada firman Tuhan dan memprioritaskan hal-hal ilahi. Raja Yoas menyadari bahwa kesejahteraan spiritual bangsa sangat bergantung pada kondisi Bait Suci dan pelayanan yang layak di dalamnya. Ia tidak ragu untuk menegakkan kembali perintah Tuhan, bahkan jika itu berarti menggerakkan seluruh bangsa untuk berpartisipasi dalam pemulihan.
Penting untuk dicatat bahwa perintah ini mencakup "seluruh Israel", yang menunjukkan bahwa meskipun Yehuda adalah kerajaan selatan, ikatan spiritual dengan keturunan Lewi dan kewajiban terhadap Bait Suci di Yerusalem masih dianggap relevan oleh para pemimpin yang saleh. Ini adalah pengingat bahwa panggilan Tuhan melampaui batas-batas politik dan geografis.
Fokus pada perbaikan Bait Suci ini mengajarkan kita tentang tanggung jawab kita untuk memelihara tempat ibadah dan mendukung pelayanan rohani. Di era modern, Bait Suci dapat diartikan sebagai gereja lokal kita, komunitas orang percaya, atau bahkan hati kita sendiri yang harus terus dipelihara agar layak bagi Tuhan. Persepuluhan dan persembahan kita adalah sarana untuk memastikan bahwa pekerjaan Tuhan terus berjalan, bahwa para pelayan-Nya dapat melayani tanpa terbebani kesulitan materi, dan bahwa tempat-tempat ibadah dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai pusat pertumbuhan iman.
Kisah Raja Yoas dan perintahnya dalam 2 Tawarikh 24:6 adalah kesaksian tentang pentingnya visi spiritual, ketaatan kepada firman Tuhan, dan tanggung jawab kolektif dalam mendukung pekerjaan ilahi. Ini mengingatkan kita bahwa ketika kita memprioritaskan Tuhan dan rumah-Nya, kita juga sedang berinvestasi pada pemulihan dan pertumbuhan spiritual diri kita sendiri serta komunitas iman kita.
Simbol menggambarkan pilar-pilar yang kokoh dan kemurnian Bait Suci.