"Maka Imam Besar Azarya, dari keturunan Zadok, berkata kepadanya: 'Sejak orang mulai membawa persembahan ke rumah TUHAN, kami sudah makan sampai kenyang, dan banyak yang berlimpah, sebab TUHAN telah memberkati umat-Nya. Inilah limpahan ini.'"
Ayat dari Kitab 2 Tawarikh pasal 31, ayat 10, ini merupakan momen penting yang menggambarkan hubungan erat antara ketaatan umat Tuhan dan limpahan berkat yang mereka terima. Dalam konteks sejarah Israel, Raja Hizkia telah memimpin pemulihan ibadah kepada Tuhan setelah masa kemerosotan spiritual di bawah pemerintahan ayahnya, raja Ahas. Hizkia memerintahkan agar mezbah-mezbah berhala dihancurkan, Paskah dirayakan kembali dengan sungguh-sungguh, dan yang paling krusial, agar persepuluhan dan persembahan dibawa kembali ke Bait Allah.
Jawaban Imam Besar Azarya kepada Hizkia mengungkapkan kebenaran fundamental: ketika umat secara setia menaati perintah Tuhan untuk memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki, Tuhan akan membalasnya dengan kelimpahan yang luar biasa. Frasa "sudah makan sampai kenyang, dan banyak yang berlimpah" bukan hanya sekadar pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga simbol dari berkat rohani, kemakmuran, dan rasa aman yang dikaruniakan Tuhan kepada umat-Nya.
Penting untuk dipahami bahwa persembahan yang dimaksud di sini bukan sekadar kewajiban ritual semata. Ayat-ayat sebelumnya dalam pasal 31 (ayat 5-7) menceritakan tentang bagaimana umat Israel memberikan persepuluhan mereka "dengan limpahnya" dan "dengan sukarela". Hal ini menunjukkan bahwa persembahan yang diterima Tuhan adalah yang diberikan dengan hati yang tulus, penuh ketaatan, dan kerelaan. Persembahan ini menjadi bukti kesetiaan mereka kepada Tuhan dan pengakuan bahwa segala sesuatu yang mereka miliki berasal dari-Nya.
Keberhasilan pemulihan ibadah dan pengumpulan persepuluhan yang dipimpin Hizkia menciptakan siklus positif. Ketika umat memberikan persembahan, Bait Allah memiliki sumber daya yang cukup untuk memelihara para imam dan orang Lew, yang kemudian dapat melayani umat dengan lebih baik. Pelayanan yang baik ini pada gilirannya memotivasi umat untuk terus memberikan, dan sebagai hasilnya, Tuhan terus memberkati.
Meskipun kita hidup di zaman yang berbeda dengan sistem ibadah yang berbeda, prinsip yang diungkapkan dalam 2 Tawarikh 31:10 tetap relevan. Prinsip ketaatan dalam memberikan persembahan kepada Tuhan, baik dalam bentuk materi, waktu, maupun talenta, adalah cara kita menunjukkan penghargaan dan kepercayaan kita kepada-Nya. Tuhan berjanji untuk memberkati mereka yang memberikan dengan murah hati dan tulus.
Berkat Tuhan yang melimpah bukanlah hanya tentang kekayaan materi, tetapi juga kedamaian hati, kekuatan spiritual, pertumbuhan iman, dan kemampuan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Ketaatan dalam memberikan persembahan adalah undangan bagi Tuhan untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya dalam hidup kita, membuka tingkap-tingkap surga dan mencurahkan berkat yang tidak terhingga, seperti yang Dialami oleh umat Israel di bawah kepemimpinan Raja Hizkia.