2 Tawarikh 32:8

"Karena TUHAN, Allah kita, menyertai kita untuk membantu kita dan untuk berperang bagi kita."
Simbol perisai dan pedang yang melambangkan perlindungan dan perjuangan Ilahi.

Ayat dari Kitab 2 Tawarikh pasal 32 ayat 8 ini merupakan sebuah janji ilahi yang sangat kuat dan menguatkan, diucapkan oleh Hizkia, raja Yehuda, kepada rakyatnya saat mereka menghadapi ancaman invasi dari tentara Asyur di bawah pimpinan Sanherib. Dalam situasi yang penuh ketakutan dan ketidakpastian, Hizkia mengingatkan kembali kepada umatnya akan sumber kekuatan sejati mereka: Tuhan sendiri yang berpihak pada mereka.

"Karena TUHAN, Allah kita, menyertai kita untuk membantu kita dan untuk berperang bagi kita." Kalimat ini bukan sekadar kata-kata penghiburan kosong, melainkan pengingat akan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya dan kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan. Dalam menghadapi musuh yang tampak superior dan menakutkan, manusia sering kali mengandalkan kekuatan fisik, persenjataan, atau strategi militer mereka. Namun, Hizkia mengarahkan pandangan rakyatnya kepada sumber kekuatan yang jauh lebih besar dan tak terbatas, yaitu kehadiran dan intervensi Allah.

Pernyataan "menyertai kita" menyiratkan kedekatan dan kehadiran Tuhan. Ini bukan Tuhan yang jauh dan acuh tak acuh, melainkan Tuhan yang hadir bersama umat-Nya dalam setiap kesulitan. Kehadiran-Nya saja sudah menjadi sumber keberanian dan pengharapan. Lebih dari sekadar hadir, Tuhan juga berjanji untuk "membantu kita". Pertolongan-Nya datang dalam berbagai bentuk, baik itu kekuatan untuk bertahan, kebijaksanaan untuk mengambil keputusan, atau cara-cara yang tidak terduga untuk mengatasi tantangan.

Bagian yang paling mengagumkan dari ayat ini adalah pengakuan bahwa Tuhan akan "berperang bagi kita". Ini berarti bahwa dalam konflik tersebut, Tuhan bukan hanya menjadi pendukung pasif, tetapi menjadi partisipan aktif. Dia akan bertindak, campur tangan, dan membawa kemenangan bagi umat-Nya. Ini adalah janji yang luar biasa, menegaskan bahwa kemenangan tidak bergantung pada kemampuan manusia semata, melainkan pada kuasa ilahi. Dalam pertempuran melawan kekuatan yang gelap atau tantangan hidup yang berat, kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian. Tuhan ada di pihak kita, siap untuk membela dan memenangkan pertempuran bagi kita.

Konteks historis ayat ini menunjukkan bagaimana Tuhan bertindak sesuai dengan firman-Nya. Ketika Sanherib mengepung Yerusalem, umat Tuhan menghadapi situasi yang mengerikan. Namun, melalui doa Hizkia dan kebergantungan mereka pada Tuhan, Allah mengirimkan malaikat-Nya yang membinasakan seratus delapan puluh lima ribu orang dari tentara Asyur dalam satu malam, sehingga Sanherib terpaksa mundur. Kemenangan ini adalah bukti nyata bahwa ketika Tuhan berjanji untuk berperang bagi umat-Nya, Dia akan melakukannya dengan cara yang melampaui pemahaman manusia.

Bagi kita di zaman modern, ayat ini tetap relevan. Kita mungkin tidak menghadapi ancaman militer langsung seperti Hizkia, tetapi kita semua menghadapi pertempuran rohani, tantangan pribadi, kesulitan pekerjaan, atau masalah hubungan yang terasa berat. Dalam semua situasi ini, kita dipanggil untuk mengingat firman Tuhan ini: Dia menyertai kita, Dia membantu kita, dan Dia siap berperang bagi kita. Kepercayaan pada janji ini memberikan kekuatan, keberanian, dan ketenangan hati, mengetahui bahwa kemenangan akhir ada di tangan Tuhan yang Mahakuasa.