Kisah Yefta dalam Kitab Hakim-hakim merupakan salah satu narasi yang paling emosional dan kompleks dalam Perjanjian Lama. Ayat Hakim-hakim 11:17, yang berbunyi, "Dan apabila engkau pulang ke rumahmu, ketahuilah, anakmu akan keluar menyongsong engkau, dan engkau akan membalas dia dengan korban bakaran dan korban sembelihan," adalah bagian dari sebuah nazar yang diucapkan Yefta kepada Tuhan sebelum pertempuran melawan bani Amon.
Dalam konteks sejarahnya, Yefta adalah seorang pemimpin yang tangguh namun juga dikisahkan memiliki latar belakang yang sulit. Ia diusir oleh saudara-saudaranya dan hidup sebagai perampok. Namun, ketika bani Israel menghadapi ancaman serius dari bani Amon, para tua-tua Gilead mendatangi Yefta untuk meminta bantuannya. Dalam situasi genting inilah, Yefta membuat sebuah perjanjian dengan Tuhan: jika Tuhan menganugerahkan kemenangan atas musuh-musuhnya, maka apapun yang pertama kali keluar dari pintu rumahnya untuk menyambut kepulangannya akan dipersembahkan kepada Tuhan.
Ayat 11:17 secara spesifik menyebutkan tentang "anakmu" yang akan keluar menyongsong. Ini mengacu pada putri Yefta, satu-satunya anaknya. Pengertian yang paling langsung dari ayat ini adalah bahwa Yefta akan mengorbankan anaknya sebagai korban bakaran. Ini adalah gambaran yang mengerikan dan seringkali menjadi titik perdebatan teologis. Namun, pemahaman yang lebih luas dan diterima oleh banyak penafsir Alkitab adalah bahwa nazarnya tersebut mungkin juga mencakup penyerahan sang anak untuk melayani Tuhan di Kemah Suci seumur hidupnya, bukan pembunuhan.
Terlepas dari interpretasi spesifik mengenai bentuk pengorbanan, inti dari ayat ini terletak pada janji dan ketaatan. Yefta, meskipun menghadapi konsekuensi pribadi yang sangat berat, tetap teguh pada sumpahnya. Ini menunjukkan betapa seriusnya orang Israel pada zaman itu memandang nazar dan janji kepada Tuhan. Janji-janji seperti ini bukan sekadar ucapan bibir, melainkan sebuah ikatan yang mengikat jiwa dan hidup.
Kisah ini juga menyoroti kesetiaan Tuhan dalam menepati janji-Nya. Tuhan memberikan kemenangan kepada Yefta atas bani Amon, seperti yang dijanjikan. Kemenangan ini bukan hanya kemenangan militer, tetapi juga pengukuhan kedaulatan Allah atas umat-Nya dan atas segala bangsa. Yefta, yang awalnya terpinggirkan, diangkat menjadi penyelamat bangsanya. Ini adalah bukti bahwa Tuhan dapat bekerja melalui siapa saja, bahkan mereka yang memiliki masa lalu yang kelam, untuk mencapai tujuan-Nya.
Refleksi atas Hakim-hakim 11:17 mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga perkataan dan janji kita, terutama di hadapan Tuhan. Kita diajak untuk hidup dalam integritas, di mana tindakan kita selaras dengan perkataan kita. Selain itu, kisah ini juga memberikan pengharapan bahwa di tengah situasi yang paling sulit sekalipun, Tuhan tetap berdaulat dan dapat membawa kemenangan. Kemenangan yang dimaksud tidak selalu berupa kemenangan material, tetapi juga kedamaian batin, pemulihan, dan pemenuhan kehendak-Nya dalam hidup kita. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan arti ketaatan sejati dan kepercayaan penuh pada rencana Ilahi, bahkan ketika jalan yang harus ditempuh terasa berat dan penuh pengorbanan.