"Lalu ayah perempuan itu turun kepada perempuan itu, dan ayah perempuan itu mengambil dia untuk keluarga barunya, dan ia mengambil seorang perempuan lain untuk menemaninya. Tetapi itu datang dari Allah, bahwa ia mencari kesempatan terhadap orang Filistin; sebab pada waktu itu orang Filistin menguasai Israel."
Ayat dari Kitab Hakim-hakim pasal 14, ayat 4, sering kali terabaikan di tengah kisah-kisah kepahlawanan dan kejatuhan bangsa Israel. Namun, di balik narasi tentang Simson dan perkawinannya yang penuh drama, tersembunyi sebuah benang merah ilahi yang menghubungkan peristiwa tersebut dengan rencana besar Allah, bahkan melampaui zamannya. Ayat ini menjadi saksi bisu bahwa di tengah kekacauan dan penindasan, Allah selalu bekerja melalui cara-cara yang tak terduga untuk menggenapi kehendak-Nya.
Pada masa Hakim-hakim, Israel sedang berada di bawah kuk penindasan bangsa Filistin. Selama empat puluh tahun, mereka menderita di bawah dominasi ini, sebuah periode yang penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Dalam situasi seperti inilah Allah membangkitkan para hakim untuk menyelamatkan umat-Nya. Simson adalah salah satu hakim yang memiliki kekuatan luar biasa, ditandai sejak lahir sebagai seorang Nazir Allah. Namun, jalan hidupnya sering kali dipenuhi dengan pilihan pribadi yang kontroversial.
Pernikahan Simson dengan seorang perempuan Filistin, seperti yang diceritakan dalam pasal ini, pada awalnya tampak sebagai sebuah pilihan yang tidak bijaksana dan bahkan melanggar tradisi bangsa Israel. Orang tua Simson pun merasa heran dengan keinginan anaknya tersebut. Namun, ayat 4 membuka pandangan yang lebih dalam: "Tetapi itu datang dari Allah, bahwa ia mencari kesempatan terhadap orang Filistin." Pernyataan ini sangat krusial. Ini bukan sekadar coincidences atau kebetulan belaka. Allah secara aktif mengarahkan situasi ini, bukan berarti Dia menyetujui setiap tindakan manusia, tetapi bahwa Dia mampu memutarbalikkan keadaan yang tampaknya negatif menjadi sarana untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar.
Klausa "itu datang dari Allah" memberikan perspektif teologis yang kuat. Ini mengajarkan bahwa Allah memiliki kedaulatan atas segala peristiwa, baik yang tampaknya baik maupun yang buruk. Ketika Simson memilih seorang perempuan Filistin untuk dinikahinya, fokusnya mungkin adalah pada daya tarik pribadi atau keinginan untuk berbeda. Namun, di balik layar, Allah melihat sebuah kesempatan. Kesempatan ini adalah untuk memulai sebuah rangkaian peristiwa yang pada akhirnya akan membawa pukulan telak bagi kekuasaan orang Filistin.
Ini adalah contoh klasik dari bagaimana Allah menggunakan kelemahan dan kesalahan manusia untuk mendatangkan kebaikan yang lebih besar. Allah tidak membutuhkan kesempurnaan manusia untuk bekerja. Sebaliknya, Dia sering kali bekerja melalui orang-orang yang tidak sempurna, dengan motif yang bercampur aduk, untuk membuktikan kuasa-Nya yang mahakuasa. Bagi bangsa Israel yang tertindas, penindasan itu sendiri menjadi lahan subur bagi Allah untuk menampilkan kuasa pembebasan-Nya melalui Simson.
Lebih jauh lagi, kisah Simson dan nubuat tersembunyi dalam ayat ini dapat dilihat sebagai bayangan atau tipologi dari kedatangan Mesias, Yesus Kristus. Seperti Simson, Yesus juga datang ke dunia yang dikuasai oleh kegelapan dan kejahatan. Dia juga menghadapi musuh-musuh yang kuat, bahkan kematian itu sendiri. Namun, melalui pengorbanan dan kebangkitan-Nya, Yesus mengalahkan kuasa dosa dan maut, membebaskan umat manusia dari penindasan yang lebih besar.
Fakta bahwa Allah "mencari kesempatan terhadap orang Filistin" melalui Simson mengindikasikan bahwa Allah memiliki rencana aktif untuk membebaskan umat-Nya. Rencana ini berpuncak pada kedatangan Yesus Kristus, Sang Pembebas sejati. Sama seperti Simson yang membawa kekalahan bagi orang Filistin, Yesus membawa kekalahan abadi bagi kuasa iblis. Ayat Hakim-hakim 14:4 mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah pasif. Dia selalu bekerja, mengarahkan peristiwa, dan menyiapkan jalan bagi penebusan akhir. Ini adalah janji harapan yang menggetarkan, bahwa di tengah setiap kesulitan, ada campur tangan ilahi yang bekerja menuju kemenangan akhir.