Ibrani 12:20

Sebab mereka tidak tahan mendengar apa yang diperintahkan: "Bahkan jika seekor binatang menyentuh gunung itu, haruslah itu dilontari dengan batu."

Simbol gunung yang megah dan awan yang tenang Gunung Sinai

Ayat Ibrani 12:20 ini merujuk pada peristiwa dahsyat di Gunung Sinai, tempat Allah memberikan Sepuluh Perintah kepada umat-Nya melalui Musa. Penggambaran yang disajikan sangat kuat, menekankan kekudusan dan keagungan Allah yang begitu luar biasa, bahkan sebuah gunung pun tidak sanggup menahan kedekatan-Nya tanpa konsekuensi yang mengerikan. Perintah untuk melontari gunung dengan batu jika tersentuh oleh binatang menunjukkan betapa ketatnya pemisahan antara kekudusan Allah dan dunia fana. Ini bukan sekadar aturan fisik, melainkan metafora untuk menggambarkan jurang pemisah yang sangat dalam akibat dosa antara manusia dan Tuhan.

Penulis Surat Ibrani menggunakan gambaran ini untuk membuat kontras dengan pengalaman kita dalam Perjanjian Baru. Berbeda dengan ketakutan dan keterpisahan yang dialami di Gunung Sinai, kita diundang untuk mendekat kepada Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus. Di bawah anugerah Kristus, kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat yang menuntut kesempurnaan mutlak dan berujung pada hukuman. Sebaliknya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih karunia yang telah dicurahkan melalui darah-Nya yang menebus.

Memahami Konteks Ibrani 12:20

Dalam konteks yang lebih luas, Surat Ibrani ditujukan kepada orang-orang percaya Ibrani yang mungkin sedang mengalami tekanan dan godaan untuk kembali ke praktik-praktik Yudaisme lama. Penulis mengingatkan mereka akan keunggulan Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung dan pengantara Perjanjian Baru yang lebih unggul. Peristiwa di Gunung Sinai menjadi pengingat akan sifat Allah yang kudus dan murka terhadap dosa, serta ketidakmampuan manusia untuk mendekat kepada-Nya dengan cara mereka sendiri.

Jalan Baru Melalui Kristus

Namun, penekanan pada ketakutan di Sinai bukanlah akhir dari cerita. Penulis Surat Ibrani segera mengalihkan perhatian kita kepada "Gunung Sion dan kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi" (Ibrani 12:22). Di sanalah kita bertemu dengan Allah yang bukan hanya kudus, tetapi juga penuh kasih dan mengundang kita untuk datang tanpa rasa takut. Yesus Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk masuk ke hadirat Allah dengan keyakinan penuh, karena Dia sendiri telah menanggung hukuman yang seharusnya kita terima.

Oleh karena itu, Ibrani 12:20 mendorong kita untuk merenungkan perbedaan besar antara hidup di bawah hukum dan hidup dalam anugerah. Di satu sisi, ada ketakutan dan keterpisahan yang tak terhindarkan karena kesucian Allah dan ketidaksempurnaan kita. Di sisi lain, ada kedekatan, pengampunan, dan penerimaan tanpa syarat melalui iman kepada Kristus. Kita dipanggil untuk tidak lagi hidup dalam ketakutan akan penghakiman, tetapi untuk hidup dalam keberanian dan sukacita yang bersumber dari kasih karunia-Nya yang melimpah.

Memahami ayat ini mengajarkan kita untuk menghargai pengorbanan Kristus yang begitu besar. Ia menjadi jembatan antara kekudusan Allah yang mutlak dan kerapuhan manusia berdosa. Melalui Dia, kita diampuni, diperbarui, dan diberi akses langsung kepada Bapa. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan iman yang aktif, merespons kasih-Nya dengan ketaatan yang tulus, bukan karena paksaan hukum, tetapi karena dorongan hati yang dipenuhi rasa syukur dan kasih. Mari kita mendekat kepada takhta kasih karunia dengan keyakinan penuh, supaya kita beroleh rahmat dan menemukan kasih karunia untuk pertolongan kita pada waktu yang tepat.