Sebab Ia (Kristus) telah dianggap layak mendapat kemuliaan yang lebih besar dari pada Musa, sama seperti seorang tukang bangunan yang lebih dihormati dari pada rumah yang didirikannya.
Ayat Ibrani 3:3 mengingatkan kita akan keunggulan Kristus atas Musa. Musa adalah hamba yang setia dalam rumah Allah, memimpin umat Israel keluar dari perbudakan Mesir dan menerima hukum Taurat. Perannya sangatlah penting dan mulia. Namun, penulis Surat Ibrani menegaskan bahwa Kristus layak mendapatkan kehormatan yang jauh lebih besar. Mengapa demikian?
Perbandingan yang digunakan adalah seorang tukang bangunan dan rumah yang didirikannya. Musa seperti bagian dari rumah – seorang hamba yang membangun dan mengurus rumah tersebut. Sementara itu, Kristus adalah Sang Arsitek dan Pembangun rumah itu sendiri. Dialah yang menciptakan segalanya, termasuk Musa dan segala perannya. Keilahian Kristus yang tak tertandingi menempatkan-Nya pada posisi yang jauh melampaui semua ciptaan, termasuk nabi-nabi besar seperti Musa.
Keunggulan Kristus ini bukan hanya soal status, tetapi juga menyangkut misi dan otoritas-Nya. Musa menerima dan menyampaikan hukum, tetapi Kristus adalah penggenapan hukum itu sendiri. Musa adalah perantara perjanjian lama, sementara Kristus adalah perantara perjanjian baru yang lebih unggul, yang dituliskan bukan di loh batu melainkan di hati umat-Nya. Ia datang bukan hanya untuk menyampaikan pesan dari Allah, tetapi Ia sendiri adalah Firman Allah yang menjadi manusia.
Dengan memahami keunggulan Kristus ini, kita diajak untuk memberikan ketaatan dan penghormatan yang sepenuhnya kepada-Nya. Musa harus kita hormati sebagai hamba Allah yang luar biasa, tetapi kepada Kristus, kita harus bersujud sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pengertian yang mendalam tentang siapa Kristus sebenarnya akan menuntun kita pada keyakinan iman yang kokoh dan menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya. Keilahian-Nya yang sempurna memberikan jaminan keselamatan yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Penulis Ibrani terus membangun argumennya mengenai superioritas Kristus dalam berbagai aspek, dan ayat 3:3 ini menjadi fondasi penting. Ini bukan untuk meremehkan peran Musa, melainkan untuk meninggikan Kristus, Sang Anak Allah, yang melalui-Nya kita memiliki akses kepada Bapa di surga dengan keberanian yang baru.