Ibrani 7:10 - Kehadiran Keimaman Melkisedek yang Abadi

"Sebab ketika keturunan Lewi menerima jabatan imam, suatu hukum menetapkan bahwa ia harus memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari saudara-saudaranya, sekalipun mereka juga keturunan Abraham."
Imamat Melkisedek Taurat Lama

Ayat Ibrani 7:10 membawa kita pada pemahaman yang mendalam mengenai sistem keimaman dalam Perjanjian Lama dan bagaimana Yesus Kristus melampauinya. Ayat ini secara spesifik menyoroti hubungan antara keturunan Lewi, yang memiliki hak istimewa untuk menjadi imam berdasarkan hukum Taurat, dengan Abraham. Dikatakan bahwa imam-imam dari suku Lewi wajib memungut persepuluhan dari saudara-saudara mereka, yaitu orang Israel, meskipun mereka semua adalah keturunan Abraham. Ini menunjukkan sebuah hierarki dan peraturan yang telah ditetapkan sejak lama, yang mengikat seluruh umat Israel.

Namun, konteks dari Ibrani pasal 7 ini adalah untuk menunjukkan keunggulan dan keunikan keimaman Yesus Kristus yang sesuai dengan peraturan Melkisedek. Melkisedek sendiri adalah seorang raja dan imam dari Salem yang memberikan persepuluhan kepada Abraham, seorang nenek moyang mereka. Hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana bisa seorang yang lebih rendah (Abraham) memberikan persepuluhan kepada orang yang lebih tinggi (Melkisedek), dan bagaimana ini berhubungan dengan keturunan Lewi? Penulis kitab Ibrani menggunakan argumen ini untuk menegaskan bahwa keimaman Melkisedek (yang menjadi lambang keimaman Kristus) lebih tinggi daripada keimaman Lewi.

Ayat 10 ini berfungsi sebagai batu pijakan untuk argumen selanjutnya. Dengan mengakui bahwa imam-imam Lewi adalah keturunan Abraham, dan bahwa mereka tunduk pada hukum yang mengharuskan mereka memungut persepuluhan dari saudara-saudara mereka (yang juga keturunan Abraham), penulis membuktikan bahwa bahkan dalam sistem keimaman Lewi itu sendiri, ada sebuah tatanan yang mengindikasikan potensi keimaman yang lebih tinggi. Melkisedek, yang bertemu dengan Abraham dan menerima persepuluhan darinya sebelum suku Lewi eksis secara formal sebagai imam, menjadi bukti hidup akan adanya tatanan keimaman yang melampaui yang ditetapkan oleh hukum Taurat Musa.

Kelebihan keimaman Kristus bukan hanya karena Ia tidak tunduk pada hukum ritual Perjanjian Lama, tetapi juga karena keimaman-Nya bersifat kekal dan sempurna. Berbeda dengan imam-imam Lewi yang harus silih berganti karena kematian, Kristus, yang bangkit dari kematian, memegang keimaman untuk selamanya. Kehadiran-Nya sebagai Imam Besar menggenapi janji dan menjamin keselamatan yang abadi bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Pemahaman dari Ibrani 7:10 ini mengantar kita pada pengenalan akan kedalaman kasih dan rencana Allah yang mempersiapkan jalan keselamatan melalui seorang Imam yang tak tertandingi.