"Jikalau sekiranya kesempurnaan dapat diperoleh melalui imamat Lewi – sebab atas dasar itulah umat itu menerima hukum Taurat – apakah lagi faedahnya seorang pengkhotbah lain, menurut aturan Melkisedek, yang tidak disebutkan menurut aturan Harun?"
Ayat Ibrani 7:11 merupakan sebuah titik krusial dalam argumen yang sedang dibangun oleh penulis surat Ibrani. Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa jika kesempurnaan—baik dari segi keadilan, pembenaran, maupun pengampunan dosa—bisa dicapai sepenuhnya melalui sistem imamat Lewi yang telah ditetapkan dalam hukum Taurat, maka tidak akan ada kebutuhan akan kehadiran seorang imam besar baru yang berbeda, yaitu Yesus Kristus, yang diangkat menurut aturan Melkisedek.
Penulis surat Ibrani sedang melakukan perbandingan mendalam antara imamat Lewi dan imamat Kristus. Imamat Lewi, yang berasal dari suku Lewi dan ditahbiskan berdasarkan hukum Taurat, memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini bukan hanya karena para imamnya sendiri adalah manusia yang berdosa dan memerlukan pengurbanan untuk diri mereka sendiri, tetapi juga karena sistem pengurbanan hewan yang mereka tawarkan tidak mampu secara permanen menghapus dosa. Hukum Taurat, meskipun kudus dan baik, pada hakikatnya menyoroti dosa dan ketidakmampuan manusia untuk memenuhinya.
Oleh karena itu, jika imamat Lewi sudah mampu membawa kesempurnaan, tidak akan ada dasar teologis untuk memperkenalkan sistem imamat yang sama sekali baru, yang mengikuti pola Melkisedek. Melkisedek adalah sosok imam yang lebih tua, yang bahkan Abraham memberikan persepuluhan kepadanya. Keberadaannya mendahului dan melampaui sistem imamat Lewi. Penulis surat Ibrani menggunakan figur Melkisedek untuk menunjukkan bahwa imamat Kristus memiliki status yang jauh lebih tinggi dan lebih kekal.
Ayat ini menekankan pentingnya Kristus sebagai Imam Besar yang superior. Kehadiran-Nya dan pelayanan-Nya sebagai imam besar, yang tidak berdasarkan garis keturunan Lewi melainkan berdasarkan kekuatan hidup yang tak terpatahkan, menawarkan harapan yang tidak pernah bisa diberikan oleh imamat Lewi. Kesempurnaan yang dibawa Kristus bukanlah kesempurnaan ritual belaka, melainkan kesempurnaan spiritual yang menyeluruh, yaitu pengampunan dosa yang tuntas dan pemulihan hubungan dengan Allah.
Melalui Kristus, umat percaya kini memiliki akses langsung kepada Allah, bukan melalui perantaraan imam-imam manusia yang terbatas, melainkan melalui Imam Besar Surgawi yang sempurna. Ini adalah inti dari Injil—bahwa dalam Kristus, kita menemukan penyelesaian yang dicari-hati manusia, yaitu kedamaian, pengampunan, dan kesempurnaan di hadapan Allah. Ibrani 7:11 secara lugas menegaskan bahwa jika solusi lama sudah cukup, solusi baru tidak akan pernah ditawarkan. Namun, karena solusi lama tidak cukup, solusi baru dalam Kristus menjadi sangat vital dan esensial bagi keselamatan kita.