"Sebab di mana ada surat wasiat, di situ harus ada kematian pembuat wasiat itu."
Ayat Ibrani 9:17 ini memberikan sebuah prinsip mendasar yang sangat penting dalam memahami sifat perjanjian, baik secara hukum maupun rohani. Ayat ini menyatakan, "Sebab di mana ada surat wasiat, di situ harus ada kematian pembuat wasiat itu." Sekilas, ayat ini mungkin terdengar sederhana, namun implikasinya sangatlah luas dan mendalam, terutama ketika kita menghubungkannya dengan perjanjian kekal yang Allah buat dengan manusia melalui Yesus Kristus.
Dalam konteks duniawi, surat wasiat atau testament adalah sebuah dokumen hukum yang menguraikan bagaimana harta benda seseorang akan dibagikan setelah kematiannya. Kematian si pembuat wasiat menjadi syarat mutlak agar surat wasiat tersebut sah dan berlaku. Tanpa kematian, keinginan terakhir yang tertuang dalam surat wasiat tidak memiliki kekuatan hukum. Ini adalah analogi yang kuat yang digunakan oleh penulis Kitab Ibrani untuk menjelaskan konsep perjanjian ilahi.
Penulis Kitab Ibrani sedang membahas mengenai perjanjian Allah dengan umat-Nya. Perjanjian lama, yang didasarkan pada hukum Taurat dan pengorbanan binatang, seringkali memerlukan perantara dan pengorbanan untuk memulihkan hubungan antara manusia dan Allah. Namun, perjanjian baru, yang diperkenalkan melalui Kristus, adalah perjanjian yang lebih unggul dan sempurna.
Ayat 9:17 ini menjadi kunci untuk memahami mengapa Kristus harus mati. Kematian-Nya bukanlah sebuah kecelakaan atau kegagalan, melainkan sebuah keharusan agar perjanjian baru itu dapat berlaku. Perjanjian baru ini adalah perjanjian yang diresmikan dengan darah Kristus sendiri. Sebagaimana surat wasiat duniawi memerlukan kematian pembuatnya, demikian pula perjanjian Allah dengan manusia memerlukan kematian Sang Pembuat Perjanjian yang utama, yaitu Yesus Kristus.
Kematian Kristus menjadi jaminan bahwa janji-janji Allah dalam perjanjian baru menjadi sah dan pasti. Melalui kematian-Nya, dosa-dosa kita ditebus, dan kita diberikan pengampunan serta kesempatan untuk memiliki hubungan yang diperbaharui dengan Allah. Perjanjian ini bukan hanya sekadar janji di atas kertas, tetapi sebuah realitas yang diaktifkan oleh pengorbanan Kristus yang mulia di kayu salib.
Oleh karena itu, Ibrani 9:17 mengingatkan kita akan betapa berharganya anugerah yang telah diberikan kepada kita. Kematian Kristus adalah harga yang harus dibayar agar kita dapat hidup dalam kebenaran dan menerima berkat-berkat surgawi. Ini adalah pengingat yang kuat tentang keseriusan Allah dalam mewujudkan kasih-Nya bagi umat manusia, bahkan sampai pada pengorbanan diri yang tertinggi. Memahami ayat ini membantu kita untuk menghargai kedalaman iman Kristen dan pentingnya kematian serta kebangkitan Kristus sebagai inti dari keselamatan kita.