Imamat 6:7

"Imamat 6:7: Dan imam harus mengurapi mezbah itu dengan minyak. Dengan korban seperti itu, penghapus dosa akan dipersembahkan untuk orang yang bersalah itu di hadapan TUHAN, agar dia diampuni."

Konteks dan Makna Imamat 6:7

Ayat Imamat 6:7, yang merupakan bagian dari Kitab Imamat, berbicara tentang aspek penting dari sistem persembahan dalam tradisi Israel kuno. Bagian ini secara spesifik membahas tentang korban-korban yang harus dipersembahkan kepada Tuhan, terutama yang berkaitan dengan penghapusan dosa dan kesalahan. Perintah ini menyoroti keharusan bagi umat Tuhan untuk mendekati-Nya dengan hati yang benar dan penuh penyesalan atas pelanggaran yang telah mereka lakukan.

Dalam konteks Imamat, mezbah persembahan adalah pusat dari ibadah dan hubungan antara manusia dan Tuhan. Mengurapi mezbah dengan minyak, seperti yang disebutkan dalam ayat ini, melambangkan penyucian dan pemberian tanda khusus bahwa tempat ini adalah tempat suci untuk beribadah. Minyak dalam budaya Timur Tengah kuno seringkali dikaitkan dengan pengurapan, penyucian, dan bahkan penyembuhan. Dengan demikian, pengurapan mezbah ini menegaskan kesuciannya sebagai tempat di mana dosa-dosa diampuni.

Penghapus Dosa dan Kesalahan

Frasa "korban seperti itu, penghapus dosa akan dipersembahkan untuk orang yang bersalah itu" memberikan penekanan kuat pada fungsi penebusan dari persembahan tersebut. Ketika seseorang menyadari telah melakukan kesalahan atau dosa terhadap hukum Tuhan, mereka tidak dibiarkan begitu saja. Sebaliknya, ada jalur disediakan untuk pengampunan melalui persembahan yang diatur. Ini bukan hanya ritual tanpa makna; itu adalah tindakan iman yang mengakui kesalahan dan berupaya memulihkan hubungan dengan Tuhan yang telah ternoda oleh dosa.

Perlu dipahami bahwa korban-korban ini memiliki arti simbolis yang mendalam. Mereka menunjuk kepada "Anak Domba Allah" yang kelak akan datang untuk menghapus dosa dunia, yaitu Yesus Kristus. Dengan memahami Imamat 6:7 dalam terang Perjanjian Baru, kita dapat melihat bagaimana persembahan-persembahan ini adalah bayangan dari pengorbanan Kristus yang sempurna di kayu salib, yang menjadi penebusan sejati dan final bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

Ketulusan dan Pengampunan

Perintah ini juga menyiratkan pentingnya ketulusan hati dari pihak orang yang bersalah. Persembahan itu sendiri bukanlah jaminan pengampunan jika tidak disertai dengan penyesalan yang tulus dan kerinduan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Imam berperan sebagai perantara, memimpin upacara yang memfasilitasi pengampunan dari Tuhan. Ini mengajarkan kita bahwa dalam mencari pengampunan, kita perlu melibatkan otoritas ilahi dan mengikuti jalan yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Ketaatan pada instruksi persembahan ini menegaskan bahwa Tuhan menghendaki umat-Nya untuk hidup dalam kekudusan dan integritas. Ketika mereka jatuh, mereka memiliki cara untuk kembali kepada-Nya. Ini adalah gambaran kasih karunia Tuhan yang berdaulat, yang menyediakan sarana bagi manusia berdosa untuk didamaikan dengan-Nya, membuka jalan menuju hubungan yang diperbaharui dan damai sejahtera.