"Anak-anak Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud dan Aram."
Dalam catatan sejarah keselamatan umat manusia, Kitab Kejadian pasal 10 memuat silsilah bangsa-bangsa setelah Air Bah. Ayat 22 secara spesifik menyoroti keturunan dari Sem, salah satu dari tiga putra Nuh. Pernyataan singkat ini, "Anak-anak Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud dan Aram," menjadi fondasi penting untuk memahami asal-usul berbagai suku dan bangsa yang kemudian berkembang di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya. Nama-nama ini bukan sekadar daftar leluhur, melainkan penanda geografis dan etnis yang memiliki jejak historis mendalam.
Elam, yang disebutkan pertama, merujuk pada wilayah yang kini dikenal sebagai Iran bagian barat daya. Bangsa Elam dikenal sebagai salah satu peradaban tertua di dunia, dengan sejarah panjang yang sering kali berinteraksi, bahkan berkonflik, dengan kerajaan-kerajaan Mesopotamia. Keberadaan mereka mencatat jejak awal peradaban kompleks di dataran tinggi Persia.
Kemudian, Asyur. Nama ini tentu sangat akrab dalam sejarah karena menjadi pusat dari Kekaisaran Asiria yang kuat. Kekaisaran ini mendominasi sebagian besar Timur Tengah selama berabad-abad, meninggalkan warisan arsitektur megah, hukum yang ketat, dan pengaruh budaya yang luas. Asyur, sebagai keturunan Sem, menunjukkan keterkaitan geografis dan historis yang kuat dengan wilayah Mesopotamia utara.
Arpakhsad adalah leluhur dari banyak bangsa Semit lainnya. Ia dianggap sebagai nenek moyang langsung bangsa Kasdim (Chaldea) dan juga memiliki hubungan genealogis dengan bangsa Ibrani (Yahudi). Dari keturunannya, muncullah tokoh-tokoh kunci dalam narasi Alkitab, termasuk Abraham. Ini menegaskan peran sentral bangsa-bangsa keturunan Arpakhsad dalam pembentukan identitas dan sejarah umat pilihan.
Lud merujuk pada bangsa yang diperkirakan mendiami wilayah Asia Kecil (Turki modern) atau bahkan mungkin wilayah barat laut Mesopotamia. Identifikasi pasti Lud seringkali menjadi subjek perdebatan para ahli, namun keberadaannya dalam silsilah ini menunjukkan cakupan penyebaran keturunan Sem yang cukup luas.
Terakhir, Aram. Nama ini identik dengan bangsa Aram yang tersebar di Suriah dan Mesopotamia utara. Bahasa Aram menjadi lingua franca di sebagian besar Timur Tengah selama periode kerajaan Neo-Babilonia dan Persia, dan bahkan terus digunakan oleh banyak komunitas hingga masa Yesus. Keturunan Aram ini menjadi bagian integral dari mosaik budaya dan bahasa di wilayah tersebut.
Dengan demikian, ayat sederhana ini membuka jendela pandang yang luas ke dalam peta demografis dan historis kuno. Kejadian 10:22 bukan hanya sebuah daftar nama, melainkan pengingat akan kesatuan asal-usul manusia dari Nuh, sambil juga menjelaskan keragaman bangsa-bangsa yang kemudian menghuni bumi, masing-masing dengan peran dan sejarahnya sendiri dalam rencana ilahi yang lebih besar. Pemahaman akan silsilah ini memberikan konteks bagi kisah-kisah selanjutnya dalam Kitab Suci dan bagi studi sejarah kuno.