Kejadian 27:46 - Kebenaran yang Mengubah Hidup

Dan ia berkata kepada Ribka: "Mengapa aku harus kehilangan kamu pada satu hari? Anak-anakku janganlah kamu kawinkan dengan perempuan-perempuan Kanaan."

Ikon Kitab Terbuka

Ayat Kejadian 27:46 ini menggarisbawahi sebuah momen krusial dalam narasi Kitab Kejadian, tepat setelah peristiwa pengelabuhan Ishak oleh Yakub demi mendapatkan hak kesulungan dan berkat. Kata-kata yang diucapkan oleh Ishak kepada Ribka, istrinya, bukan sekadar ungkapan kekecewaan atau ketakutan sesaat. Ia mengungkapkan kegelisahan yang mendalam terhadap masa depan anak-anak mereka, Yakub dan Esau, serta implikasi dari perkawinan mereka dengan para wanita Kanaan. Inti dari perkataan ini adalah kepedulian Ishak akan kelangsungan garis keturunan dan perjanjian Allah yang telah diberikan kepada Abraham.

Pernyataan Ishak bahwa ia "harus kehilangan kamu pada satu hari" merujuk pada potensi konflik dan perpecahan yang bisa timbul di antara keluarga mereka akibat pilihan hidup anak-anak mereka. Perkawinan Esau sebelumnya dengan perempuan-perempuan Kanaan (Kejadian 26:34) telah mendatangkan kesusahan bagi Ishak dan Ribka, dan Ishak tidak ingin hal serupa terjadi lagi, terlebih lagi dalam konteks spiritual yang lebih luas. Ia sangat menyadari pentingnya menjaga kemurnian iman dan keturunan yang akan melanjutkan janji Allah.

Larangan untuk mengawinkan anak-anak mereka dengan perempuan Kanaan bukanlah bentuk prasangka etnis semata. Sebaliknya, ini adalah refleksi dari kesadaran Ishak akan bahaya penyembahan berhala dan praktik-praktik keagamaan yang bertentangan dengan iman kepada satu Allah yang benar. Bangsa Kanaan pada masa itu dikenal dengan praktik-praktik keagamaan yang menyimpang, yang dapat dengan mudah menyesatkan keturunan Abraham dari jalan yang telah ditentukan. Dengan demikian, Ishak berusaha melindungi warisan rohani yang dipercayakan kepadanya.

Ayat ini menunjukkan bahwa para tokoh dalam Kitab Kejadian, meskipun memiliki kelemahan dan melakukan kesalahan, tetap bergumul dengan pentingnya iman dan ketaatan kepada Allah. Keputusan Ishak, yang didorong oleh pengalaman dan pemahamannya akan kehendak Allah, menekankan pentingnya memilih pasangan hidup yang dapat mendukung dan memperkuat komitmen iman, bukan melemahkannya. Ini menjadi pengingat abadi bagi umat beriman tentang pentingnya menjaga kesucian dalam hubungan dan memilih teman hidup yang seiman. Kepedulian Ishak mencerminkan tanggung jawab orang tua dalam membimbing anak-anak mereka pada jalan yang benar, demi kelangsungan iman generasi berikutnya. Janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa adalah benang merah yang tak terputus, dan penjagaan terhadap kemurnian garis keturunan adalah bagian integral dari peneguhan janji tersebut.