Kejadian 31-35: Kisah Yakub dan Keluarganya

"Sekarang baiklah, pergilah dari negerimu dan dari kaummu dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu." (Kejadian 12:1a)

Perjalanan Yakub

Kitab Kejadian pasal 31 hingga 35 menceritakan perjalanan penting dalam kehidupan Yakub, sebuah periode yang penuh dengan tantangan, perubahan, dan peneguhan janji ilahi. Peristiwa-peristiwa ini tidak hanya membentuk nasib Yakub dan keluarganya, tetapi juga menjadi dasar penting bagi sejarah umat pilihan Allah. Kisah ini dimulai dengan keputusan Yakub untuk meninggalkan Haran, tempat di mana ia telah bekerja keras selama bertahun-tahun di bawah kendali pamannya, Laban.

Perjalanan Keluar dari Haran

Yakub merasa bahwa ia tidak lagi diperlakukan dengan adil oleh Laban dan anak-anaknya. Hubungan mereka telah memburuk, dan Allah sendiri memerintahkan Yakub untuk kembali ke tanah leluhurnya. Dengan diam-diam dan di bawah perlindungan Allah, Yakub mengumpulkan keluarganya, ternaknya, dan semua hartanya, lalu berangkat. Ini adalah sebuah langkah iman yang besar, meninggalkan kenyamanan yang ia kenal demi mematuhi panggilan Allah. Perjalanan ini tidak luput dari kejaran Laban yang marah karena merasa dicurangi. Namun, Allah campur tangan dan memperingatkan Laban dalam sebuah mimpi agar tidak menyakiti Yakub. Akhirnya, mereka membuat perjanjian damai di Gilead, sebuah bukti bahwa bahkan dalam konflik, campur tangan ilahi dapat membawa rekonsiliasi.

Pertemuan dengan Esau

Salah satu momen paling menegangkan dalam perjalanan Yakub adalah saat ia harus menghadapi saudaranya, Esau, yang pernah ia tipu untuk mendapatkan hak kesulungan dan berkat. Yakub diliputi ketakutan yang besar. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh, mengingat kembali janji-janji Allah, dan mempersiapkan diri dengan berbagai cara, termasuk mengirimkan persembahan kepada Esau. Namun, sebelum bertemu Esau, Yakub mengalami sebuah peristiwa transformatif: pergulatannya dengan Allah (atau malaikat Allah) di tepi sungai Yabok. Dalam pergulatan semalam suntuk ini, Yakub terluka, namun ia tidak melepaskan sampai ia diberkati. Namanya diubah menjadi Israel, yang berarti "pejuang Allah" atau "Allah berjuang," menandakan perubahan besar dalam karakternya dan hubungannya dengan Allah. Pertemuan dengan Esau kemudian ternyata jauh lebih baik dari yang ia bayangkan; Esau menerimanya dengan penuh kasih, dan mereka berpisah dengan damai.

Kembali ke Betel dan Peristiwa Tragis

Setelah kembali ke tanah Kanaan, Yakub tinggal di Sikhem, tetapi ia menghadapi kesulitan ketika putrinya, Dina, dipermalukan oleh Sikhem, putra Hamor. Peristiwa ini memicu pembalasan brutal dari Simeon dan Lewi, saudara-saudara Dina, yang membantai seluruh penduduk laki-laki Sikhem. Kejadian ini menjadi noda dalam sejarah Yakub dan keluarganya, mengingatkan kita bahwa bahkan orang-orang pilihan Allah pun dapat jatuh dalam dosa dan menghadapi konsekuensi yang mengerikan. Allah kemudian mengingatkan Yakub untuk kembali ke Betel dan mendirikan mezbah, tempat di mana ia pernah mengalami perjumpaan ilahi sebelumnya. Di Betel, Allah meneguhkan kembali perjanjian-Nya dengan Yakub.

Kelahiran Yusuf dan Kematian Rahel

Perjalanan ini juga diwarnai dengan kelahiran putra-putra Yakub yang lain, termasuk Benyamin, yang lahir di dekat Efrata (Betlehem). Sayangnya, kelahiran Benyamin disertai dengan kesedihan yang mendalam, karena Rahel, istri yang sangat dicintainya, meninggal saat melahirkan. Yakub mendirikan tugu di atas kuburan Rahel, sebuah monumen kesedihan yang abadi. Pasal-pasal ini menampilkan perjalanan iman yang realistis. Yakub adalah figur yang kompleks: cerdik, tetapi juga beriman; rentan terhadap kesalahan, namun terus menerus diingatkan dan dibimbing oleh Allah. Kisah ini menekankan pentingnya ketaatan, pergumulan rohani, pengampunan, dan pemeliharaan Allah yang setia, bahkan di tengah kesulitan dan kerapuhan manusia.